Dua Bapak Bangsa dan Sang Revolusioner
Aku lihat
segerombolan orang menyalahkan orang paling berpengaruh itu, memerintahkanya
agar segera mengumandangkan pernyataaan kebebasan didepan publik lokal, dunia
internasional. Orang-orang itu berlaku tidak sopan terhadap pemuda minang itu,
pemuda yang sangat dihormati oleh para bangsawan dan negarawan mancanegara
sebab nasab dan kecerdasannya.
Keponakan dari Mak Etek ayub(pedagang ulung dan pengamat sosial-ekonomi pada masanya) yang pernah berangkat ke Rotterdam-Belanda untuk belajr akademi dan menjadi aktivis pergerakan di sana. Termasuk memimpin organisasi pelajar dari Tanah Air di Eropa, Perhimpunan Indonesia(menjadi bendahara). Menjadi orang yang dijauhi banyak orang sebab pernah mendekap dalam ruang tahanan belanda, karna takut dianggap dekat dengan penjajah.
Namun semua perlakuan itu tak berarti baginya, dalam anggapannya perjuangan akan terus ada, sampai kapanpun selama penjajahan itu masih ada maka akan terus ada pula tokoh-tokoh pergerakan bahkan tanpa di usung oleh seorang pemimpin. Katanya “Pergerakan rakyat timbul bukan karna pemimpin bersuara, tetapi pemimpin bersuara karena ada pergerakan” .Sebab perkataan itu, dia dan sahabat perjuangannya(putra hindia-belanda yang lahir di blitar) dituduh orang sebagai penghasut, namun kedua bapak bagsa itu membalas “hari siang bukan karena ayam berokok, tetapi ayam berkokokk karena hari mulai siang” .
Dari perkataannya itu, dengan cepat ku ambil tindakan mencerna kata. Bahwa pergerakan tidak semata-mata hadir, atau pun tanpa arah. Tetapi sebab keadaan sekitar yang mulai membutuhkan pergerakan, butuh revolusi dan pahlawan. Menurutku lagi pergerakan adalah bagian dari sejarah, dan sejarah adalah perjuangan sebagian orang yang namanya terlupakan. Sejarah akan terulang, tidak sama persis seperti yang telah terlupakan sebelumnya. Kini dengan tokoh, tempat, waktu yang
Keponakan dari Mak Etek ayub(pedagang ulung dan pengamat sosial-ekonomi pada masanya) yang pernah berangkat ke Rotterdam-Belanda untuk belajr akademi dan menjadi aktivis pergerakan di sana. Termasuk memimpin organisasi pelajar dari Tanah Air di Eropa, Perhimpunan Indonesia(menjadi bendahara). Menjadi orang yang dijauhi banyak orang sebab pernah mendekap dalam ruang tahanan belanda, karna takut dianggap dekat dengan penjajah.
Namun semua perlakuan itu tak berarti baginya, dalam anggapannya perjuangan akan terus ada, sampai kapanpun selama penjajahan itu masih ada maka akan terus ada pula tokoh-tokoh pergerakan bahkan tanpa di usung oleh seorang pemimpin. Katanya “Pergerakan rakyat timbul bukan karna pemimpin bersuara, tetapi pemimpin bersuara karena ada pergerakan” .Sebab perkataan itu, dia dan sahabat perjuangannya(putra hindia-belanda yang lahir di blitar) dituduh orang sebagai penghasut, namun kedua bapak bagsa itu membalas “hari siang bukan karena ayam berokok, tetapi ayam berkokokk karena hari mulai siang” .
Dari perkataannya itu, dengan cepat ku ambil tindakan mencerna kata. Bahwa pergerakan tidak semata-mata hadir, atau pun tanpa arah. Tetapi sebab keadaan sekitar yang mulai membutuhkan pergerakan, butuh revolusi dan pahlawan. Menurutku lagi pergerakan adalah bagian dari sejarah, dan sejarah adalah perjuangan sebagian orang yang namanya terlupakan. Sejarah akan terulang, tidak sama persis seperti yang telah terlupakan sebelumnya. Kini dengan tokoh, tempat, waktu yang
sama. Namun tidak pada situasi, tersebut jadi
peran utama dalam hal ini, situasi yang memotori lahirnya pergerakan.
Namanya Mochammad Athar, tokoh yang kukisahkan sekilas perjalanan hidup dan keluarganya serta karakternya sebagai penggagas. Mulai dari organisasi, koperasi dan proklamasi apalah itu. Yang jika dia masih hidup, dan diminta melukiskan situasi sekarang , Mohammad Athar hanya perlu mencetak ulang tulisannya pada tahun 1962
“Dimana-mana orang merasa tak puas, Pembangunan tak berjalan sebagaimana mestinya... perkembangan demokrasi pun terlantar karena percekcokan politik senantiasa. Pelaksanaan otonomi daerah terlalu lamban sehingga memicu pergolakan daerah. Perkembangan politik yang berakhir dengan kekacauan, demokrasi yang berakhir dengan anarki, membuka jalan untuk lawannya: Dikatator”.
Hatta, nama pahlawannya. Yang menggemari penulis barat sebagai inspirasi sastranya, pengasah ketajaman penanya. diantaranya Karl Max, Bakunin dan Dostojevski. Yang membantu Hatta dalam usaha mencari bentuk dekorasi yang paling sesuai bagi negara nasional modern yang multietnis dan multisejarah.
Hatta adalah sedikit dari pemuda kala itu yang memiliki kesadaran terhadap bangsa Indonesia. Seolah-olah ingin mengompensasi tubuhnya yang mungil, berkacamata dan gaya bicaranya yang tidak menarik karena sedikit retorika. Namun dia memiliki kekuatan menulis, baginya pena adalah senjata untuk memerdekakan bangsanya.
Tetap menulis dan menjadi pengkritik elite pemerintah kolonial, yang menjadi penyebab ia ditahan pada 1927. Namun lagi tak membuat penanya tumpul, di penjara hatta tetap menulis. Disinilah dia memulai tulisan “Indonesia Vrij” (Indonesia Merdeka), tulisan ini pun menusuk dan menikam uluh hati pemerintah kolonial.
Penulis pun mengajak kepada pembaca, agar meniru jejak Hatta sebagai pahlawan, yang bergerak dalam tulisannya. Perlu diketahui juga, bahwa tulisan adalah sejata terhebat melebihi salvo manapun dalam konteks menyuarakan pendapat.
Beralih ke satu tokoh, sesorang yang juga masuk kedalam bagian orang-orang yang disalahkan, Sebab lambatnya melaksanakan deklarasi kemerdekaan, pernyataaan kebebasan didepan publik lokal, dunia internasional untuk segera meghilangkan warna biru dari bendera merah putih. Pemuda jawa yang ketika menjadi pemimpin sangat disayangi rakyatnya, tempat rakyat berlindung dari gabasnya perlakuan belanda di balik jas nya yang gagah, tempat rakyat menyampaikan keluh kesah, pendengar setia dan simpatisan penderitaan rakyat, sebab itu dia digelari sebutan Penyambung Lidah Rakyat
“Dia yang dipilihkan sejarah dengan tidak asal-asalan. Mengenang masa kecil lewat autobiografinya, ia bercerita “ibunya memangku bayi sukarno yang masih berusia dua tahun, menghadap ke timur, dan ketika fajar merekah meramalkannya kelak akan jadi pemimpin besar. Putra Sang Fajar.
Berteman mesra dengan para ulama, kyai surau dan tokoh-tokoh revolusi lainnya seperti Tjokroaminoto yang rumahnya dijadikan dapur revolusi. Salah satu hobinya adalah diskusi sambil merokok, bukan obrolan tengil melainkan wacana tentang perihal pembebasan, Islamisme, Sosialisme, Nasinalisme dan Marxisme. Tidak lain untuk memerangi Kristen(belanda) dan paham kapitalisme-imperialisme.
Dia yang impian besarnya terhambat oleh gertakan meja-meja hijau belanda atas tuduhan pemberontakan dan agitasi terhadap seluruh rakyat untuk melawan belanda, mengalami masa tahan selama 2 kali(red: dua tahun) sehingga membuat ghiroh pergerakan-politik nya redup pada belanda. Ada sebuah surat berisi permintaan maaf sukarno terhadap belanda; “Sukarno tampak benar-benar sudah memutuskan karir baru. Tidak politik tetapi tetap berbau panggung” . Walau surat tersebut dianggap masif oleh sebagian ahli sejarah dan budaya, tetapi jika benar itu tetap menunjukkan wujud bahwa orang sekelas sukarn pun turunnya ghiroh sebagai tokoh revolusi.
Bersama Hatta dia kembali ingin mewujudkan impiannya, kemerdekaan. Walau hubungan nya tidak terjembatani karena pebedaan taktik dalam mencapai tujuan.
“Hatta lebih ingin menggugah kesadaran nasional lewat pendidikan politik yang radikal, lewat menjadi kader partai, dengan anggota yang militan untuk menciptakan , beribu-ribu bahkan berjuta-juta sukarno. Dia mengkritik sukarno yang hanya cenderung mengumpulkan banyak kerumunan dengan satu sukarno ditengahnya”.
Namun menurut penulis, kekuatan kata-kata dari seseorang digdayawan walau tak setimpang dengan kekuaatan tulisan, setidaknya bisa juga membangkitkan kobaran semangat kerumunan. Sehingga membuat masa yang mendengar dalam genggamannya, semua pandangan mengikuti gerak indah mulutnya dalam bertutur kata lalu tergugah jiwanya seakan sang orator berhasil mengeluarkan kata-kata yang selama ini dipendam dan sulit sekali disuarakan oleh orang-orang. Lagi-lagi Penyambung Lidah Rakyat.
Bermodal keterampilannya klasiknya dalam berpidato, pada tahun 1942 dia mengerahkan puluhan bahkan ratusan ribu pemuda untuk bergabung dalam barisan Romusha,sistem kerja paksa zaman penjajahan jepang yang menguras tenaga rakyat dengan upah yang sangat minim bahkan tidak mendapat upah semata-mata untuk mencapai satu tujuan, yaitu “menang perang”. Banyak juga tenaga Romusha yang mati sebab kelaparan dan tidak mendapat pelayanan kesehatan, tetapi bukan menjadi kekhawatiran jepang karena Indonesia menjamin banyak sekalii sumber daya manusia pada saat itu.
Banyak dari Romusha itu terdiri dari anak-anak muda yang sukarela mengerahkan sepenuh dirinya untuk jepang hanya karena propaganda psikologis “intik kemakuran bersama Asia Timur Raya” . Bahkan banyak juga diantara mereka orang keturunan cina,arab dan india berangkat dari kantor Hokokai(Jawa) ke jakarta, dari mereka sebagian telah berumur 60 tahun. Sehingga di puji “kuat seperti anak muda”
Sukarno namanya(disebut bung karno). Yang merasa sedih ketika mengingat kenangan itu.
Berkata “Akulah yang menyuruh mereka berlayar menuju kematian. Dalam setiap peperangan pasti ada korban tugas seorang panglima adalah memenangi perang. Andaikata saya terpaksa mengorbankan ribuan jiwa demi menyelamatkan jutaan orang, saya akan lakukan.”
Menurut penulis, bukan langkah yang sakah dilakukan oleh bung karno. Kala itu demi menarik simpati jepang, dia mengorbankan ribuan jiwa untuk bekerjmaa dengan jepang sebagai mesin tanpa biaya. Setelah itu memperoleh simpati jepang untuk membantu Indonesia dalam mencapai status merdeka, dengan risiko ribuan nyawa yang dikorbankan. Sama seperti kasus Harry Truman, membunuh ribuan jiwa dan merusak 2 kota sekaligus, Hiroshima dan Nagasaki. Tetapi berkenaan dengan itu juga dapat menghentikan perang Asia Pasifik(yang kerusakannya lebih besar).
Sekilas cerita tentang dua tokoh yang disebut Bapak Bangsa dan Pahlawan Revolusi. Bung Karno dengan kekuatan pidato nya dengan tutur kata yang indah dan menggelora, dapat membakar semangat dan kecintaan terhadap tanah Air kepada ribuan masa lewat kata-katanya. Sedangkan Bng Hatta, penulis ulung yang berjuang lewat ketajaman pena, yang lebih menusuk dengan mutakhir lebih dari salvo manapun. Dengan pena juga dia berusaha untuk menyampaikan aspirasi serta ilmu,gagasan hasil bacaannya serta membuka pikiran rakyat tentang kejelasan arah bangsa Indonesia. Pena, senjata utama guna memerdekakan bangsanya.
"Masa remaja Hatta tidak semata-mata diisi dengan urusan ilmu dan agama. Sebagai anak muda, dia juga menemukan kesenangan hidup, joie de vivre"
Rizqi Wijaya, Kabupaten Tangerang
09 November 2016
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Zulkifli. SUKARNO PARADOKS REVOLUSI INDONESIA. Jakarta: PT. GRAMEDIA. 2016.
Arif, Zulkifli. HATTA JEJAK YANG MELAMPAUI ZAMAN. Jakarta: PT. GRAMEDIA. 2016.
kumpulanbiografiindonesia. blogspot.co.id (wikipedia).
Namanya Mochammad Athar, tokoh yang kukisahkan sekilas perjalanan hidup dan keluarganya serta karakternya sebagai penggagas. Mulai dari organisasi, koperasi dan proklamasi apalah itu. Yang jika dia masih hidup, dan diminta melukiskan situasi sekarang , Mohammad Athar hanya perlu mencetak ulang tulisannya pada tahun 1962
“Dimana-mana orang merasa tak puas, Pembangunan tak berjalan sebagaimana mestinya... perkembangan demokrasi pun terlantar karena percekcokan politik senantiasa. Pelaksanaan otonomi daerah terlalu lamban sehingga memicu pergolakan daerah. Perkembangan politik yang berakhir dengan kekacauan, demokrasi yang berakhir dengan anarki, membuka jalan untuk lawannya: Dikatator”.
Hatta, nama pahlawannya. Yang menggemari penulis barat sebagai inspirasi sastranya, pengasah ketajaman penanya. diantaranya Karl Max, Bakunin dan Dostojevski. Yang membantu Hatta dalam usaha mencari bentuk dekorasi yang paling sesuai bagi negara nasional modern yang multietnis dan multisejarah.
Hatta adalah sedikit dari pemuda kala itu yang memiliki kesadaran terhadap bangsa Indonesia. Seolah-olah ingin mengompensasi tubuhnya yang mungil, berkacamata dan gaya bicaranya yang tidak menarik karena sedikit retorika. Namun dia memiliki kekuatan menulis, baginya pena adalah senjata untuk memerdekakan bangsanya.
Tetap menulis dan menjadi pengkritik elite pemerintah kolonial, yang menjadi penyebab ia ditahan pada 1927. Namun lagi tak membuat penanya tumpul, di penjara hatta tetap menulis. Disinilah dia memulai tulisan “Indonesia Vrij” (Indonesia Merdeka), tulisan ini pun menusuk dan menikam uluh hati pemerintah kolonial.
Penulis pun mengajak kepada pembaca, agar meniru jejak Hatta sebagai pahlawan, yang bergerak dalam tulisannya. Perlu diketahui juga, bahwa tulisan adalah sejata terhebat melebihi salvo manapun dalam konteks menyuarakan pendapat.
Beralih ke satu tokoh, sesorang yang juga masuk kedalam bagian orang-orang yang disalahkan, Sebab lambatnya melaksanakan deklarasi kemerdekaan, pernyataaan kebebasan didepan publik lokal, dunia internasional untuk segera meghilangkan warna biru dari bendera merah putih. Pemuda jawa yang ketika menjadi pemimpin sangat disayangi rakyatnya, tempat rakyat berlindung dari gabasnya perlakuan belanda di balik jas nya yang gagah, tempat rakyat menyampaikan keluh kesah, pendengar setia dan simpatisan penderitaan rakyat, sebab itu dia digelari sebutan Penyambung Lidah Rakyat
“Dia yang dipilihkan sejarah dengan tidak asal-asalan. Mengenang masa kecil lewat autobiografinya, ia bercerita “ibunya memangku bayi sukarno yang masih berusia dua tahun, menghadap ke timur, dan ketika fajar merekah meramalkannya kelak akan jadi pemimpin besar. Putra Sang Fajar.
Berteman mesra dengan para ulama, kyai surau dan tokoh-tokoh revolusi lainnya seperti Tjokroaminoto yang rumahnya dijadikan dapur revolusi. Salah satu hobinya adalah diskusi sambil merokok, bukan obrolan tengil melainkan wacana tentang perihal pembebasan, Islamisme, Sosialisme, Nasinalisme dan Marxisme. Tidak lain untuk memerangi Kristen(belanda) dan paham kapitalisme-imperialisme.
Dia yang impian besarnya terhambat oleh gertakan meja-meja hijau belanda atas tuduhan pemberontakan dan agitasi terhadap seluruh rakyat untuk melawan belanda, mengalami masa tahan selama 2 kali(red: dua tahun) sehingga membuat ghiroh pergerakan-politik nya redup pada belanda. Ada sebuah surat berisi permintaan maaf sukarno terhadap belanda; “Sukarno tampak benar-benar sudah memutuskan karir baru. Tidak politik tetapi tetap berbau panggung” . Walau surat tersebut dianggap masif oleh sebagian ahli sejarah dan budaya, tetapi jika benar itu tetap menunjukkan wujud bahwa orang sekelas sukarn pun turunnya ghiroh sebagai tokoh revolusi.
Bersama Hatta dia kembali ingin mewujudkan impiannya, kemerdekaan. Walau hubungan nya tidak terjembatani karena pebedaan taktik dalam mencapai tujuan.
“Hatta lebih ingin menggugah kesadaran nasional lewat pendidikan politik yang radikal, lewat menjadi kader partai, dengan anggota yang militan untuk menciptakan , beribu-ribu bahkan berjuta-juta sukarno. Dia mengkritik sukarno yang hanya cenderung mengumpulkan banyak kerumunan dengan satu sukarno ditengahnya”.
Namun menurut penulis, kekuatan kata-kata dari seseorang digdayawan walau tak setimpang dengan kekuaatan tulisan, setidaknya bisa juga membangkitkan kobaran semangat kerumunan. Sehingga membuat masa yang mendengar dalam genggamannya, semua pandangan mengikuti gerak indah mulutnya dalam bertutur kata lalu tergugah jiwanya seakan sang orator berhasil mengeluarkan kata-kata yang selama ini dipendam dan sulit sekali disuarakan oleh orang-orang. Lagi-lagi Penyambung Lidah Rakyat.
Bermodal keterampilannya klasiknya dalam berpidato, pada tahun 1942 dia mengerahkan puluhan bahkan ratusan ribu pemuda untuk bergabung dalam barisan Romusha,sistem kerja paksa zaman penjajahan jepang yang menguras tenaga rakyat dengan upah yang sangat minim bahkan tidak mendapat upah semata-mata untuk mencapai satu tujuan, yaitu “menang perang”. Banyak juga tenaga Romusha yang mati sebab kelaparan dan tidak mendapat pelayanan kesehatan, tetapi bukan menjadi kekhawatiran jepang karena Indonesia menjamin banyak sekalii sumber daya manusia pada saat itu.
Banyak dari Romusha itu terdiri dari anak-anak muda yang sukarela mengerahkan sepenuh dirinya untuk jepang hanya karena propaganda psikologis “intik kemakuran bersama Asia Timur Raya” . Bahkan banyak juga diantara mereka orang keturunan cina,arab dan india berangkat dari kantor Hokokai(Jawa) ke jakarta, dari mereka sebagian telah berumur 60 tahun. Sehingga di puji “kuat seperti anak muda”
Sukarno namanya(disebut bung karno). Yang merasa sedih ketika mengingat kenangan itu.
Berkata “Akulah yang menyuruh mereka berlayar menuju kematian. Dalam setiap peperangan pasti ada korban tugas seorang panglima adalah memenangi perang. Andaikata saya terpaksa mengorbankan ribuan jiwa demi menyelamatkan jutaan orang, saya akan lakukan.”
Menurut penulis, bukan langkah yang sakah dilakukan oleh bung karno. Kala itu demi menarik simpati jepang, dia mengorbankan ribuan jiwa untuk bekerjmaa dengan jepang sebagai mesin tanpa biaya. Setelah itu memperoleh simpati jepang untuk membantu Indonesia dalam mencapai status merdeka, dengan risiko ribuan nyawa yang dikorbankan. Sama seperti kasus Harry Truman, membunuh ribuan jiwa dan merusak 2 kota sekaligus, Hiroshima dan Nagasaki. Tetapi berkenaan dengan itu juga dapat menghentikan perang Asia Pasifik(yang kerusakannya lebih besar).
Sekilas cerita tentang dua tokoh yang disebut Bapak Bangsa dan Pahlawan Revolusi. Bung Karno dengan kekuatan pidato nya dengan tutur kata yang indah dan menggelora, dapat membakar semangat dan kecintaan terhadap tanah Air kepada ribuan masa lewat kata-katanya. Sedangkan Bng Hatta, penulis ulung yang berjuang lewat ketajaman pena, yang lebih menusuk dengan mutakhir lebih dari salvo manapun. Dengan pena juga dia berusaha untuk menyampaikan aspirasi serta ilmu,gagasan hasil bacaannya serta membuka pikiran rakyat tentang kejelasan arah bangsa Indonesia. Pena, senjata utama guna memerdekakan bangsanya.
"Masa remaja Hatta tidak semata-mata diisi dengan urusan ilmu dan agama. Sebagai anak muda, dia juga menemukan kesenangan hidup, joie de vivre"
Rizqi Wijaya, Kabupaten Tangerang
09 November 2016
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Zulkifli. SUKARNO PARADOKS REVOLUSI INDONESIA. Jakarta: PT. GRAMEDIA. 2016.
Arif, Zulkifli. HATTA JEJAK YANG MELAMPAUI ZAMAN. Jakarta: PT. GRAMEDIA. 2016.
kumpulanbiografiindonesia.