Rindu
Sosok Seorang Pahlawan yang Tak Pernah Lelah
(IBU)
Oleh:
IMMawan M. Bayu Yusup Permana (Staff Bidang Keilmuan IMM FAI)
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Tak pernah lelah hati ini untuk merindukan sosok
seorang pahlawan yang tak pernah lelah. Kau adalah sosok wanita yang paling
kuat di Dunia ini. Kau telah mengajarkan ku apa arti dari sebuah kehidupan ini.
Kau memang memiliki kedekatan emosionalitas terhadap diriku. Didikanmu,
perjuanganmu, kebaikanmu, kesederhanaanmu, keceriaanmu, kegigihanmu,
kedisiplinanmu, menjadikan ia menempati posisi istimewa dalam kehidupanku,
yakni sebagai pahlawan dan guru di kehidupanku.
Kau tak pernah lelah menasehatiku, walaupun aku
sering tidak patuh apa katamu, tapi kau tidak marah padaku, malah kau tersenyum
dan mendekatiku sambil mengelus rambutku.
Sosok
sepertimu tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Kedudukan atau posisimu juga
tidak dapat bisa digantikan oleh siapa pun. Tidak bisa digantikan oleh sosok
seorang ayah, bahkan oleh sosok ibu baru. Karena kita telah terikat secara emosional
semenjak aku dalam kandungan. Ikatan emosional itulah yang membuat kelak akan
bertemu denganmu di surga. Ikatan emosional itulah yang akan mengikat batinku
pada kasih sayang serta pada kerinduanmu. Bahkan ikatan emosional itulah yang selalu
mengalirkan pahala untukmu atas kebaikan yang aku lakukan untukmu.
Ikatan emosional itu telah tertanam sejak aku masih
berupa zygot, bahkan lebih awal dari zygot. Ikatan itu tertanam, terpupuk
hingga tumbuh subur dalam sanubari ku sampai aku lahir menjadi anak yang selalu
di harapkan kelahirannya.
Tubuh, darah, daging, dan tulang ini semua terlahir
atas rasa cintamu hingga menjadi anak yang kau harapkan. Satu sel saja dalam
tubuhku menggambarkan kecintaanmu kepadaku.
Bahkan
kau pernah berkata kepadaku “Biar kepala di jadikan kaki, dan kaki di
jadikan kepala”, itu semua
kau lakukan agar melihat anaknya sukses.
”Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya, ibu telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada Akulah kau kembali”.
(QS.Luqman {31}: 14)
Yakni begitu besar perjuanganmu, kau mengandungku
selama sembilan bulan, membawaku kemana-mana selama aku masih dalam kandungan.
Kau tak pernah lelah selama mengandungku sembilan bulan, padahal perutmu sakit
tapi kau tak peduli dengan rasa sakit itu, itu kau lakukan demi anaknya sehat
di dalam kandungan.
Sembilan bulan pun berlalu, kini kau merasakan sakit
perut yang luar biasa. Pertanda aku akan dilahirkan. Saat inilah nyawamu
dipertaruhkan. Hanya ada dua pilihan, hidup atau mati, ketika detik-detik
kelahiranku, kau dengan sekuat tenaga mendorong dengan otot-otot perutnya agar
aku lahir dengan selamat. Jika terlambat sedikit saja, maka aku akan kepanasan
di dalam perutmu.
Rahimmu yang kecil, tetapi demi persalinan, kau
relakan rahimnya mengembang hingga lima ratus kali lipat dari ukuran semula.
Hal itu dilakukan demi kandungannya keluar. Kau harus rela menguras darahnya
lima ratus milliliter akibat persalinan. Harus menahan rasa sakit yang luar
biasa yang setara patahnya dua puluh tulang sekaligus. Satu hal yang ada
dipikiranmu saat itu, “Bagaimana caranya agar aku bisa lahir
dengan selamat.” Ia tidak lagi memikirkan dirinya, padahal bisa saja
maut tiba-tiba menghampirinya.
Semua rasa sakit dan lelah setelah melahirkan
terbayar dengan suara tangisanku yang berhasil keluar dari rahimmu. Itulah
suara tangisku. Yang hanya dengan tangisku saja sudah mampu menghilangkan rasa
sakitmu, apalagi dengan senyum dan tawaku.
Marilah kita berbakti pada ibu-bapak kita, mulai
detik ini juga. Hampirilah ibu-bapakmu, peluklah mereka, dan ciumlah sambil
mengucapkan kata-kata maaf kepada mereka. Mintalah ampun atas kesalahan dan
kelancangan kita selama ini pada mereka. Ciumlah kening mereka sebagai tanda
kau masih menyayangi mereka. Pasti ibu-bapak kita akan memaafkan semua
kesalahan kita selama ini.
Billahi
fii sabilil haq Fastabiqul Khairat.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar