Sabtu, 04 Agustus 2018

RIBA

Bismillah

Definisi Riba

Riba ( الربا) secara bahasa bermakna: ziyadah ( زيادة – tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.

Firman Allah dalam QS. An-Nisa’: 29

يايها الذين امنوا لا تاكلوا اموالكم بينكم بالباطل الا ان تكون تجارة عن تراض منكم ولاتقتلوا انفسكم ان الله كان بكم رحيما

"Wahai orang-orang yang berimana! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dassar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu”

Dalil Tentang Larangan Riba

Larangan Riba dalam Al-Qur’an

QS. Ar-Rum: 39

وما اتيتم من ربا ليربوا في اموال الناس فلا يربوا عند الله وما اتيتم من زكوة تريدون وجه الله فاولإك هم المضعفون

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridhoan Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)”

Riba yang seolah-olah sebagai perilaku tolong-menolong antar sesama manusia, agar harta manusia bertambah. Padahal dalam pandangan Allah  sesuatu itu tidak menjadi bertambah (pahalanya).

QS. An-Nisa: 160-161

فبظلم من الذين هادوا حرمنا عليهم طيبت احلت لهم وبصدهم عن سبيل الله كثيرا (160) واخذهم الربوا وقد نهواعنه
واكلهم اموال الناس بالباطل واعتدنا للكفرين منهم عذابا اليما (161)

“Karena kedzaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan bagi mereka makanan yang baiik-baik yang (dahulu) pernah dihalalkan; dan karena mereka sering menghalangi (orang lain) dari jalan Allah. (160)
Dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan kami sediakan untuk orang-orang kafir diantara mereka azab yang pedih. (161)”

Ayat diatas mengandung ancaman kepada orang-oyang yang menjalankan riba, dengan balasan azab yang pedih.

QS. Ali Imran: 130

يايها الذين امنوا لا تاكلوا الربوا اضعافا مضعفة واتقوا الله لعلكم تفلحون (130)

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”

Diriwayatkan oleh Al-Firyabi dari Mujahid, dia berkata: Dulu, orang-orang terbiasa jual beli dengan sistem tempo. Jika telah jatuh tempo namun pembeli belum mampu membayarnya, maka si penjual akan menambahkan harga dengan memberikan tenggang waktu tambahan. Maka turunlah ayat tersebut.

Beliau juga meriwayatkan dari Atha’, dia menuturkan: pada masa jahiliyah, orang-orang sering memberi hutang kepada bani Nadhir. Jika telah jatuh tempo namun orang-orang bani Nadhir belum bisa melunasinya, maka mereka akan berkata, “Kami akan mengambil ribadari kalian, sekaligus penambahan tenggang waktu pembayarannya .” Maka turunlah ayat, yangartinya, “Wahai orang-orang yang beriman, Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Ali Imran [3]: 130)

QS. Al Baqarah: 278-279

يايها الذين امنوا اتقوا الله وذروامابقي من الربوا انكنتم مؤمنين (278) فانلمتفعلوا فأذنوا بحرب من الله ورسوله وانتبتم
فلكمرءوس اموالكم لا تظلمون ولا تظلمون (279)

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman.(278)
Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertaubat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan)”

Larangan Riba dalam Hadits

Diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri bahwa Rasulullah saw, bersabda, “Emas hendaklah dibayar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam dengan garam, bayaran harus dari tangan ke tangan (cash). Barangsiapa memberi tambahan atau meminta tambahan, sesungguhnya ia telah berurusan dengan riba. Penerima dan pemberi sama-sama bersalah.” (HR Muslim no. 2971, dalam kitab al-Masaqqah)

Diriwayatkan oleh Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah saw, bersabda, “Malam tadi aku bermimpi, telah datang dua orang dan membawaku ke Tanah Suci. Dalam perjalanan, sampailah kami ke suatu sungai darah, dimana di dalamnya berdiri seorang laki-laki. Di pinggir sungai tersebut berdiri seorang laki-laki dengan batu di tangannya. Laki-laki yang ditengah sungai itu berusaha untuk keluar, tetapi laki-laki yang di pinggir sungai tadi melempari mulutnya dengan batu dan memaksanya kembali ke tempat asal. Aku bertanya, ‘Siapakah itu?’ Aku diberitahu bahwa laki-laki yang ditengah sungai itu ialah orang yang memakan riba.’” (HR Bukhari no. 6525, kitab at-Ta’bir)

Jabir berkata bahwa Rasulullah saw. mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya, dan orang yang mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda, “Mereka itu semua sama.” (HR Muslim no. 2995, kitab al-Masaqqah)

Al Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi saw, bersabda “Riba itu mempunyai 73 pintu (tingkatan), yang palin rendah (dosanya) sama dengan seseorang yang melakukan zina dengan ibunya.”

Jenis-Jenis Riba
Riba Qard
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang (muqtaridh).
Riba Jahiliyyah
Utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan.
Riba Fadl
Pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi.
Riba Nasi’ah
Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian.

Jenis Barang Ribawi

Emas dan perak, baik itu dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainnya;
Bahan makanan pokok, seperti beras, gandum, dan jagung, serta bahan makanan tambahan, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

Fatwa Tentang Riba Di Indonesia

Majelis Tarjih Muhammadiyah
Majelis Tarjih telah mengambil keputusan mengenai hukum ekonomi/keuangan di luar Zakat, meliputi masalah perbankan (1968 dan 1972), keuangan secara umum (1976), dan koperasi simpan-pinjam (1989).
Majelis Tarjih Sidoarjo (1968) memutuskan:
Riba hukumnya haram dengan nash sharih Al-Qur’an dan As-Sunnah;
Bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa riba hukumnya halal;
Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlak, termasuk perkara musytabihat;
Menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan terwujudnya konsepsi sistem perekonomian, khususnya lembaga perbankan, yang sesuai dengan kaidah Islam.

Dampak Riba
Beberapa Dampak Riba Pada Individu

Riba memberikan dampak negatif bagi akhlak dan jiwa pelakunya. Jika diperhatikan, maka kita akan menemukan bahwa mereka yang berinteraksi dengan riba adalah individu yang secara alami memiliki sifat kikir, dada yang sempit, berhati keras, menyembah harta, tamak kan kemewahan dunia dan sifat-sifat hina lainnya.
Riba merupakan akhlaq dan perbuatan musuh Allah, Yahudi. Allah ta’ala berfirman:
واذهم الربا وقد نهواعنه واكلهم اموال الناس بالباطل واعتدنا للكافرين منهم عذابا اليما
“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang dari padanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil, Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An Nisaa’: 161)
Riba merupakan akhlak kaum jahiliyah. Barang siapa yang melakukannya, maka sungguh dia telah menyamakan dirinya dengan mereka.
Pelaku (baca:pemakan) riba akan dibangkitkan pada hari kiamat kelak dalam keadaan seperti orang gila. Allah ta’ala berfirman:
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275)
Seseorang yang bergelut dan berinteraksi dengan riba berarti secara terang-terangan mengumumkan dirinya sebagai penentangAllah dan Rasul-Nya dan dirinya layak diperangi oleh Allah dan rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 278-279).”

Dampak Pada Ekonomi

Diantara dampak ekonomi riba adalah dampak inflatoir yang diakibatkan oleh bunga sebagai biaya uang. Hal tersebut disebabkan karena salah satu elemen dari penentuan harga adalah suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, semakin tinggi juga harga yang akan ditetapkan pada suatu barang.

Dampak Bagi Sosial

Riba merupakan pendapatan yang didapat secara tidak adil. Para pengambil riba menggunakan uangnya untuk memerintahkan orang lain agar berusaha dan mengembalikan, misalnya, dua puluh lima persen lebih tinggi dari jumlah yang dipinjamkannya. Persoalannya, siapa yang bisa menjamin bahwa usaha yang dijalankan oleh orang itu nantinya mendapatkan keuntngan lebih dari dua puluh lima persen? Semua orang, apalagi yang beragama, tahu bahwa siapapun tidak bisa memastikan apa yang terjadi besok atau lusa. Siapa pun tahu bahwa berusaha memiliki dua kemungkinan: berhasil atau gagal. Dengan menetapkan riba, orang sudah memastikan bahwa usaha yang dikelola pasti untung.

Referensi:

Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariiah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press

As-Suyuthi, Imam. Tahqiq: Syaikh Hafizh Syi’isya’. 2016. Asbabun Nuzul. terj. Muhammad Miftahul Huda. Solo: Insan Kamil

http://pengusahamuslim.com/1110-riba-dan-dampak-buruknya.html

Qur’an Hafalan Dan Terjemah. 2015. Jakarta: Almahira

-Risma Yunita
Ketua Bidang Hikmah
PK IMM FAI
Cabang Kota Tangerang
Periode 2017 - 2018

FEMINISME, DAN PANDANGANNYA DALAM ISLAM

Bismillah
Feminisme merupakan gerakan mengubah kedudukan perempuan untuk mendapatkan kesetaraan dan persamaan derajat dengan laki-laki. Gerakan feminisme ini berkembang pada abad pertengahan Eropa, yaitu pada abad 16-18 M.  Feminisme lahir karena adanya ketidakadilan dan penindasan terhadap kaum wanita. Misalnya dalam doktrin peradaban Yunani, menurut penuturan Prof Will Durant, “Di Roma, hanya kaum lelaki yang memiliki hak-hak di depan hukum pada masa awal negara republik. Lelaki saja yang berhak membeli, memiliki, atau menjual sesuatu atau membuat perjanjian bisnis. Bahkan mas kawin istrinya menjadi miliknya pribadi … Proses kelahiran menjadi suatu perkara yang mendebarkan di Roma. Jika anak yang dilahirkan dalam keadaan cacat atau berjenis kelamin perempuan, sang ayah diperbolehkan oleh adat untuk membunuhnya.” Itu salah satu contoh yang masalah yang dihadapi kaum wanita. Masih banyak diskriminasi, penindasan dan kekerasan yang dihadapi wanita di belahan dunia sana.
Nah persamaan gender yang seperti apa yang biasa digaungkan oleh kaum feminisme? Jadi feminisme itu mempunyai beberapa jenis, ada Feminisme Liberal (pengaruh dan kesetaraan perempuan untuk melakukan kegiatan politik seperti membuat kebijakan di sebuah Negara), Feminisme Radikal (yang disuarai olehnya adalah melawan kekerasan seksual dan industri pornografi), Feminisme post modern (ide yang anti absolut dan anti otoritas, gagalnya modernitas dan pemilahan secara berbeda-beda tiap fenomena sosial karena penentangannya pada penguniversalan pengetahuan ilmiah dan sejarah. Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktur sosial), Feminisme anarkis (paham politik yang mencita-citakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dan sistem patriaki-dominasi lelaki adalah sumber permasalahan yang sesegera mungkin harus dihancurkan), Feminisme Marxis (negara bersifat kapitalisme yang menggunakan sistem perbudakan kaum wanita sebagai pekerja), Feminisme Sosialis (Sebuah faham yang berpendapat "Tak Ada Sosialisme tanpa Pembebasan Perempuan. Tak Ada Pembebasan Perempuan tanpa Sosialisme". Feminisme sosialis berjuang untuk menghapuskan sistem pemilikan), Feminisme Postkolonial (Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga (koloni/bekas koloni) berbeda dengan prempuan berlatar belakang dunia pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami pendindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan antar bangsa, suku, ras, dan agama), Feminisme Nordic (lebih menganalisis Feminisme bernegara atau politik dari praktik-praktik yeng bersifat mikro. Kaum ini menganggap bahwa kaum perempuan “harus berteman dengan negara” karena kekuatan atau hak politik dan sosial perempuan terjadi melalui negara yang didukung oleh kebijakan sosial negara).
Jadi Feminisme meyakini bahhwa wanita sama seperti pria, wanita memiliki kebebasan mutlak atas tubuh, diri, dan hidupnya. Wanita bebas memilih dalam memngelola kehidupan dan tubuhnya, baik di dalam maupun di luar rumah tangga. Salah satu budaya feminis barat yaitu seks bebas. Seperti dikatakan sebelumnya dia bebas atas dirinya. Padahal dengan memperlakukan dirinya seperti itu, akibatnya buruk untuk dirinya. Efek yg terjadi seperti kehamilan, aborsi, prostitusi, perceraian hingga single mother.
Ayunda Nelis pernah mengatakan, “mau tidak mau, suka tidak suka. Aktivis perempuan memang menyuarakan hal ini, tapi dengan presfektif yang berbeda. Bahwa presfektif tersebut adalah Al-Qur’an dan Hadist”. Jadi bagaimana Islam memandan gender?
Allah memberikan kesempatan yang sama bagi laki2 dan perempuan di dalam beribadah.

Allah SWT berfirman dalam Qur’an Surat Az-Zariyat : 56, yg artinya
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia agar mereka beribadah kepada Ku”

Di hadapan Allah, yang membedakan manusia satu dengan yang lain adalah ketaqwaannya.

Firman Allah Ta’ala dalam Qur’an Surat Al-Hujuraat: 13 yg artinya
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.”

Perempuan dan laki-laki mempunyai kodratnya masing-masing. Salah satunya adalah wanita sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, sedang pria sebagai pemimpin dan pelindung keluarga. Peran sebagai ibu dijalankan sejak wanita hamil, melahirkan, menyusui, hingga masa pengasuhan dan pendidikan anak. Ibu adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Bagaimana kepribadian anak yang kelak terbentuk ketika dewasa, itulah hasil pendidikan ibu. Bahkan ibulah yang menyerahkan tanggung jawab pendidikan kepada pihak lain, karena sang ibu yang memilih pihak tersebut.
Peran sebagai pengatur rumah tangga dijalankan sejak wanita menikah. Sebagai pengatur di sini tidak sekadar mengatur keadaan fisik rumah tangganya, tetapi lebih besar lagi, yaitu mengatur agar siapapun dan aktivitas apapun yang ada dalam rumah tangganya senantiasa berjalan di atas jalan ketaqwaan.
Ringankah tanggung jawab itu? Tidak, tugas ini sangat berat. Karenanya Allah membebankan tugas kepemimpinan, pencarian nafkah, dan perlindungan kepada pria. Dari sini terlihat, pembedaan peran wanita dan pria dalam keluarga tidak bisa dianggap sebagai bentuk penindasan atas kaum wanita sebagaimana anggapan kaum feminis.

Dari pembagian peran dan tugas masing itu maka akan mendapatkan balasan yang setimpal. Sekecil apapun kebaikan yang dilakukan oleh wanita atau pria, akan mendapat pahala yang sama. Demikian juga dengan dosa. Oleh karena itu, baik pria atau wanita bebas berlomba-lomba dalam kebaikan. Mereka memiliki tanggung jawab yang sama dalam menyeru kebaikan dan mencegah kemunkaran.

Firman Allah dalam Qur’an Surat Al-Zalzalah ayat 7-8 yang artinya
“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”
Kaum feminisme menganggap bahwa kemuliaan wanita atau pria ditentukan oleh kesetaraan hak dan kewajiban, yang berarti tolok ukurnya adalah kuantitas aktivitas, bukan kualitas. Sehingga seorang wanita yang hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dipandang kurang mulia dibandingkan dengan yang merangkap bekerja di luar rumah, tanpa kemudian membandingkan kualitas pelaksanaan masing-masing aktivitas.
Itu tidak berarti Islam melarang Muslimah beraktivitas di luar rumah, tetapi mengaturnya agar kehormatan wanita tetap terjaga. Ada bidang-bidang tertentu yang justru wajib dipegang oleh Muslimah, misalnya dokter spesialis kandungan dan kebidanan, perawat, bidan, atau guru. merujuk pada gerakan Ayahanda A. dahlan pada masanya yg sangat memberikan perhatian pada kaum wanita di masa itu, ayahahnda bertanya pada kaum wanita “kalian malu ndak? Kalu apa yg jadi aurat kalian dilihat laki-laki? Para wanita menjawab serentak “malu”. “Maka jadilah dokter bersalin untuk membantu para wanita lain dalam proses melahirkan. Supaya tidak ditangani laki-laki”
-Risma Yunita
Ketua Bidang Hikmah
PK IMM FAI
Cabang Kota Tangerang
Periode 2017-2018

Selasa, 13 Februari 2018

Tinggalkan Valentine Ramaikan Kajian

Santo Valentinus
nama yang familiar di 14 februari
hari dimana para kekasih menyatakan cintanya
menurut keagamaan romawi kuno

lalu bagaimana dengan kita sbg muslim?
Tinggalkan atau ikut merayakan?

miris...
remaja saat ini asyik berbondong bondong ikut merayakan
memberi coklat
memberi kartu ucapan
kpd sang kekasih
sbg tanda cinta dan kasih
dan kebanyakan dari mereka adalah islam
miris...

bukankah Tuhanmu Allah
Teladanmu Muhammad
Petunjuk hidupmu Qur'an dan hadist
tetapi
ikut ikutan masih saja kau jalani
hingga menjadi habits dalam hidup ini

_Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka_

Merayakannya
berarti telah menyerupainya.

teringat nasihat Buya Hamka : _Allah ciptakan 100 bahagian kasih sayang, 99 disimpan di sisiNya dan hanya 1 bahagian diturunkan di dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagiaan itulah makhluk saling berkasih sayang_

sejatinya hanya milik Allah lah kerajaan cinta yang Dia tebarkan pada hamba hambaNya.

Dear...
jelas hari valentine bukanlah ajaran islam
karena merupakan perayaan paganisme
lalu diadopsi menjadi ritual agama Nasrani

Dear...
cobalah tengok di sekeliling masjid mu
ramai majelis ilmu disana
walaupun minim orang
tapi keistiqomahan mereka
mengalahkan semuanya
beralihlah wahai muslim/ah
untuk Ramaikan Kajian
dan Tinggalkan Valentine

sekian terimakasih

Hanatul Afifah
Sekretaris Umum PK IMM FAI

Selasa, 30 Januari 2018

MAHAsiswa atau MASIHsiswa?

MAHAsiswa atau MASIHsiswa? Think Again!!!
Seperti apakah MAHAsiswa itu? Apakah harus selalu menentang semua kebijakan pemerintah? apakah harus selalu demo di depan gedung DPR atau istana negara? haruskah membakar ban lalu berdemontrasi hingga mengganggu pengguna jalan yang lain? apakah seorang intelektual atau cendikiawan? seorang berfikir kritis? seorang yang menyalurkan aspirasi-aspirasi rakyat? Well. The answer is yours (
Membahas mahasiswa memang selalu mengobok-ngobok isi kepala saya karena pembahasannya yang memang begitu kompleks. Pada intinya mahasiswa dikenal sebagai gerakan pengusung perubahan yang mempunyai status pembela rakyat dan memiliki semangat juang yang tinggi, dapat mengaktualisasi diri mereka sendiri sekaligus memberi manfaat kepada orang lain. Sebagai mahasiswa kita bukan lagi seperti siswa sekolah. Status kita adalah mahasiswa. Terdapat kata “MAHA”. Maha yang berarti tinggi atau agung, sebuah tanggung jawab besar bukan sekedar gaya-gayaan. Ya tugas ya waktu ya kesibukan semua serba MAHA, serba luar biasa, yang cara berpikir dan tingkah lakunya lebih baik dari siswa.
Dunia perkuliahan memang beda dengan dunia sekolah sebelumnya. Kaget memang, jadwal yang  tidak seteratur dulu. Di dunia perkuliahan tak ada batas untuk mengeksplorasi bakat dan berorganisasi dan tentu saja tidak ada toleransi dalam pemberian tugas maupun tanggung jawab. Kesibukan sebagai mahasiswa akan menuntut tubuh kita bekerja lebih ekstra dan otak berpikir lebih cepat dari biasanya. Dari nama saja sudah berbeda. kita sudah mahasiswa bung… bukan seorang siswa siswi lagi yang ada masalah langsung mengadu kepada orang tua, mengeluh waktu main terpotong oleh waktu belajar, lebih banyak tidur siang, tidak boleh tidur larut malam, bukan juga anak anak manja, yang sedikit-sedikit “duh malas kuliah” malas sih pasti ada, tapi bukan berarti setiap hari harus bilang “malas kuliah”, “capek” atau “Tugas banyak banget” ini baru tingkat awal, belum harus berkutat dengan skripsi, belum lagi jika mengikuti  organisasi, harus rapat yang tiada habisnya, yang mengharuskan pulang larut malam hingga menginap di kampus. Lelah. Bukan ? Wajar, seperti itulah mahasiswa. Menjadi mahasiswa berarti menjadi pelajar yang mandiri. Seorang yang harus haus terhadap bidang ilmu yang telah dipilih dan memahami ilmu jangan hanya dari satu sumber saja lalu berpuas diri. Teringat perkataan yang terlontar dari  ka Baikuni Al Shafa  beliau biasa dipanggil dengan sebutan ka Alsha yaitu salah satu pembicara DPD Jatim sewaktu saya mengikuti acara sekolah ideologi PK IMM FAI.
“Musuh kita dalam belajar adalah rasa puas diri, untuk belajar dengan sungguh sungguh kita harus mulai menyingkirkan rasa puas diri lalu sikap yang harus kita ambil, belajar dengan tak puas-puasnya dan terhadap orang lain mengajar dengan tak jemu-jemu”.
Saya lebih menghargai orang yang biasa-biasa saja tetapi selalu ingin belajar, dari pada orang pintar yang merasa dirinya sudah hebat. Jadilah pribadi yang haus akan ilmu. Pelajari semua hal disekelilingmu, pelajarilah semua hal yang kau sukai. Kecintaan mu akan ilmu akan menjadikan derajatmu lebih tinggi daripada orang orang yang tidak ingin belajar sama sekali.
Beberapa tips agar menjadi pribadi yang pintar, haus ilmu, dan berwawasan luas:
Biasakanlah membaca
Semua orang yang pintar adalah orang yang rajin membaca. Jadikanlah membaca bagian dari kebiasaan hidupmu, sediakan waktu sedikitnya satu jam dalam sehari untuk membaca.
Menganggap diri selalu “bodoh”
Orang yang merasa dirinya sudah pintar merasa tidak perlu belajar lagi. Jadilah orang yang merasa dirimu “bodoh” dan ingin lebih tahu dalam semua hal.
Bertanya dan bertanya
Jika ada sesuatu yang tidak diketahui, langsunglah bertanya kepada yang lebih tahu atau gali dari buku dan internet. Suapi otakmu dengan ilmu jika lapar.
Bergabung ke dalam komunitas
Bergabunglah kedalam komunitas kau akan bertemu dengan orang-orang yang bisa membuka wawasanmu lebih luas.
Dunia kampus adalah dunia yang menawarkan sejuta keindahan dan sejuta jalan untuk menggapai cita-cita, oleh karena itu selama menjadi mahasiswa, jadilah aktifis yang mampu mewarnai dunia kampus, ukirlah catatan-catatan prestasi dan berkaryalah dengan kreativitas-kreativitas unggul. Jangan menjadi mahasiswa KUPU-KUPU (kuliah pulang kuliah pulang) manfaatkan fasilitas kampus yang mampu mengasah kematangan berorganisasi. Sibukkan diri dengan hal-hal produktif, hingga tidak ada waktu untuk bersantai dan berleha-leha. Mari berkarya teman- teman ku. Ilmu yang kita dapatkan di bangku kuliah hanya 30% dalam skala teoritik, untuk menguasainya kita harus memaksimalkan 70% dalam segi praktik, wadah dan medianya adalah organisasi kemahasiswaan yang telah difasilitaskan oleh kampus, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya. Kemampuan akademik tidak selalu menunjang kesuksesan, tapi kemampuan dan penguasaan praktek membuat kita menjadi orang yang siap pakai. Jangan hiraukan jika ada rekan yang mengatakan sok jadi aktivis karena gemar berorganisasi, sok jadi kutu buku karena sering nongkrong di perpus, sok kritis karena sering debat di kelas. Tutup telinga keras-keras untuk bisikan negative tersebut. Buat apa kita takut pada sepuluh harimau yang giginya ompong daripada satu bayi yang bisa menggigit telinga kita hingga berdarah-darah, lakukan saja selagi yang kita lakukan bernilai positif, dan rasakan manfaatnnya. Mari berkarya dan menjadi insan mandiri yang produktif.
 

Kita   masih terhanyut dan masih asyik dengan status siswa kita. Belajarnya masih disuapin dan mengekor teman-teman kuliah. yang terjadi jika teman yang satu sudah mengerjakan tugas, maka yang lainnya cukup mengcopy atau menjiplak tanpa mau memodifikasi sedikit pun. Cukup diganti nama dan nomor mahasiswa lalu diserahkan kepada dosen pengampu, presentasi di kelaspun hanya sekedar membaca teks tanpa mau menjelaskan maksud dari teks tersebut. Sedihnya, mencontek pun masih menjadi budaya selama ujian. Tanpa rasa malu  terhadap kata “MAHA” dalam mahasiswa. Mau sampai kapan seperti ini ?
Kita ini punya adik adik. berilah contoh yang baik  sebagai panutan bukan dengan menceritakan lelahnya berkuliah tapi ceritakan perubahan apa yang kita dapat diperkuliahan. Bukan dengan mengeluh malas, mengeluh capek dan mengeluh banyak tugas. Lalu apa gunanya ada kata “Maha” didepan kata siswa ? kalau kerjaanmu masih sama dengan kerjaan para siswa. Tujuan berkuliah agar nanti mendapat pekerjaan dan menghasilkan uang. Sederhananya sih begitu. agar orang tua nanti hanya tinggal menikmati hasil kerja keras kita. Harapan orang tua agar anak nya lebih baik dari apa yang sudah terjadi pada mereka. Ingat. Bayangkan ayah dan ibu kita membiayai kita kuliah dengan kerja keras banting tulang. Lalu apa jadinya kalau kita hanya bisa mengeluh malas? Dear mahasiswa. Nikmati semua dunia perkuliahanmu karena akan bermanfaat untuk dunia mu selanjutnya setelah kamu menyelesaikan kuliahmu. Pilihan berada di tangan kalian yang bisa berfikir dan memilih dengan bijak. Saya hanya berharap kita mampu menaklukkan jalan panjang kita untuk masa depan. Sudah bukan saatnya mengeluh, mengeluh, dan mengeluh, duduk diam lalu mengoceh sendiri, bangun dan bangkit. Karena kita bukan lagi siswa tapi mahasiswa.
HIDUP MAHASISWA!

Linda Septiani
Bendahara Umum PK IMM FAI

Daftar Pustaka

A.k. Menjadi Pribadi Pemantas Hati, Jakarta: Kelompok Gramedia. 2015.
Pramula Beni. Mengukir Sejarah Merawat Peradaban, Jakarta: CV Mediatama Indonesia. 2016

Senin, 22 Januari 2018

Duh, Kader

Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi, Menulis untuk refleksi diri, berbagi untuk peduli. Penulis juga termasuk kader manja. Sehingga yang ditulis pun bisa menjadi sarana muhasabah pribadi.
Perjalanan dakwah bukanlah perjalanan yang banyak ditaburi oleh kesenangan melainkan perjalanan panjang yang penuh tantangan dan rintangan.
Telah banyak kita dapati sejarah orang-orang terdahulu yang merasakan perjalanan dakwah ini. Ada yang disiksa, ada pula yang diusir dari kampung halamannya dan ada pula yang harus meninggalkan kerabatnya.
Mereka telah merasakan dan  membuktikan cinta dan kesetiaan mereka terhadap dakwah. Pengorbanan yang telah mereka berikan dalam perjalanan dakwah ini menjadi suri teladan bagi generasi sesudahnya. Karena kontribusi yang telah mereka berikan, maka dakwah ini tumbuh dan generasi berikutnya memanen hasilnya. Hanya kesetiaanlah yang dapat mempertahankan perjalanan dakwah ini. Kesetiaan yang menjadikan pemiliknya sabar dalam menghadapi ujian. Menjadikan mereka optimis menghadapi kesulitan dan siap berkorban. Kesetiaan yang menghantarkan untuk berada pada barisan terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang membuat pelakunya berbahagia dan sangat menikmati beban hidupnya.
Sebaliknya orang-orang yang rentan jiwanya dalam perjuangan ini tidak akan dapat bertahan lama. Mereka mengeluh atas beratnya perjalanan yang mereka tempuh. Mereka pun menolak dengan berbagai macam alasan agar mereka diizinkan untuk tidak ikut hadir di dalamnya. Mereka pun berat hati berada dalam perjuangan ini, penyakit telah menyerang mental mereka, dan akhirnya berguguran satu persatu sebelum mereka sampai pada tujuan.
Perjuangan yang dirintis oleh orang-orang yang alim, diperjuangkan oleh orang-orang yang ikhlas, dimenangi oleh orang-orang pemberani, dan akhirnya dinikmati oleh para pengecut. Itulah realitasnya. Tak dipungkiri banyak para aktivis atau kader yang bermental buih, banyak tapi tak memiliki kekuatan apa-apa. Terbawa ombak, terombang-ambing dalam keraguan. Padahal peran-peran kosong menganga didepannya namun tak mau dan tak mampu dimanfaatkan.  Sehingga akan kehilangan momentum untuk berubah kearah yang lebih baik lagi.
Beginikah seorang kader?
Duh Kader,,,
Maunya di mengerti, tapi tak mau mengerti, Maunya diperhatikan, tapi tak mau memperhatikan, Maunya selalu mendapat, tapi enggan memberi, Maunya dihargai, tapi tak mau menghargai
Duh Kader,,,
Selalu enggan datang rapat. Kalaupun datang, ucapnya afwan “TELAT”. Merasa paling berkontribusi, tapi lupa diri. Bahwa yang diperbuat tak berarti. Datang acara, hanya event-event tertentu.  Masalah pribadi jadi masalah lembaga. Harusnya memikirkan umat, tapi sibuk masalah internal yang dibuat buat.
Duh Kader,,,
Ingin ini, ingin itu tapi tak mau bergerak. Hanya bisa berteriak, sampai suara serak.
Senangnya mengkritisi, tapi tak memberi solusi, Panjang lebar berdiskusi, tapi tak ada aksi. Inginnya selalu instan, ingin dapat jabatan , ingin terlihat mapan. Kalau tidak berhasil ya menjauh dari  perkumpulan.
Duh Kader,,,
Kajian-kajian dihadiri hanya sebisanya saja, banyak alasan ini dan itu, Padahal di sanalah menjadi bagian sarana utama “mengisi” diri. Ketika diajak diskusi atau kajian keilmuan maka ia menjadi orang yang malas atau berat untuk hadir. Jelas saja karena kini yang ada di kepala mungkin kebanyakan mereka hanya soal lawan jenis ikhwan dan akhwat.
Duh Kader,,,
Buku-buku referensi dakwah pun enggan di sentuh apalagi dibaca Alasannya berat, lantas bagaimana mungkin bisa menjalankan agenda agenda dakwah secara benar sedangkan tujuan, konsep  tentang dakwah itu sendiri belum jelas dimasing-masing kepala pengusungnya. Benar nyatanya yang bergerak hanya sebatas perasaan, insting yang tidak jelas kemana tujuannya. Para kader dakwah melaksanakan hanya sebatas tuntutan program kerja
Duh Kader,,,
Ketika diberi amanah dijalankan semaunya dan seadanya, dicari hanya yang sesuai kepentingan pribadi, mengambil hanya yang mudah-mudahnya saja, Sukanya merengek meminta istirahat, padahal dakwah tak pernah berhenti. Seringnya terkena virus muntaber (mundur tanpa berita). Sukanya dengan buku cinta-cintaan tanpa mengaplikasikan cinta kepada Allah, Rasulullah beserta keluarganya. Hanya cinta kepada lawan jenis saja yang dipikirkan.
Duh Kader,,,
Landasan mu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tapi...Apakabar dengan Al-Qur’an mu?
Apakabar dengan hafalan mu? Bagaimana bacaan Qur’an mu? Bagaimana  tulisan huruf demi huruf Qur’an mu? Tidak kah malu dengan anak balita yang hafal Qur’an?

Saya sedikit mengutip tulisan dari buku Quantum Tarbiyah yang di tulis oleh Solikhin Abu Izzzudin, bab bagian “Please deh jangan jadi kader muallaf”
“Barang siapa bersantai-santai saat bekerja, maka ia akan menyesal saat pembagian upah” (Abdullah Azzam).
Kader Muallaf? Memang ada? Ada. Kader muallaf yang perlu diurus. Bukan baru masuk islam atau baru ngaji, bukan! But, stok lama yang tak segera meng-upgrade diri. Sayang. Tilawah tak menggugah, bacaan tak bertambah, wajah kuyu tanpa gairah. Namun, kalau bicara nikah sangat bergairah tapi bicara dakwah ia ogah. Yah begitulah. Maaf bila saya bikin istilah kader muallaf. Ini terinspirasi oleh kondisi kader stok lama yang tak banyak berubah. Ia bukan orang baru namun seperti baru karena telat melulu.

Tapi kami masih sadar.
Kami seorang kader, yang mampu melakukan perubahan. Punya cita cita yang besar, cita cita yang mulia. Mengambil peran, maju paling depan.
Ketika teman-teman sebaya kami asyik membahas fashion-fashion terupdate. Kami sibuk menabung untuk membeli buku agar tidak kudet.
Ketika teman-teman sebaya kami asyik hangout di mall. Kami malah sibuk mendiskusikan bagaimana caranya agar nikmat islam ini dirasakan oleh semua masyarakat.
Ketika teman-teman sebaya kami asyik memikirkan besok kuliner dimana. Kami malah sibuk memikirkan bagaimana caranya duit terkumpul untuk ongkos agar bisa mengikuti agenda-agenda rapat selanjutnya.
Ketika teman-teman sebaya kami asyik menonton film barat. Kami malah sibuk memuroja’ah hafalan Qur’an.
Terkadang ingin rasanya cuti sebentar dari semua ini. Mengistirahatkan diri sejenak. Bermain-main, berfoya-foya, berhura-hura, kesana dan kesini. Ah, sungguh menyenangkan sekali. Tapi hidup ini lebih berarti dari itu. Hidup ini adalah perjuangan, dan berjuang tidak sebercanda itu. Lelah, lesu, letih tubuh ini di dalam perjalanan. Angin hujan merasuki badan. Namun jiwa harus terus bertahan. Karena perjalanan masih panjang. Tidak pernah ada karpet  merah, ucapan bunga, maupun  tepuk tangan.

Janganlah kita menjadi kader manja, kader yang tidak siap memikul beban, padahal tantangan dakwah semakin berat.
Janganlah menjadi kader manja yang serba tidak siap, serba tidak bisa disuruh apa saja, pokoknya ngga bisa, nggak mau titik!
Saudaraku, sekali lagi kukatakan bahwa sudah saatnya kita berpikir dan bertindak mencetak kader, bukan untuk diri kita semata, agar kebaikan tersebar sambung menyambung kepelosok-pelosok.
Jadilah pejuang dakwah, tidak sekedar penikmat dakwah yang hanya mengambil keuntungan dari dakwah atau hanya menikmati sendiri tarbiyah yang didapatkan.
Jadilah pejuang dakwah, Tidak sekedar memberi dukungan atau sepakat dengan dakwah tetapi ikut memperjuangkannnya.
Kita perlu evaluasi diri, apakah yang sudah kita berikan untuk dakwah? Apakah selama ini kita sekedar numpang nikmat hidup di bawah naungan tarbiyah, numpang keren bersama ikhwan dan akhwat fillah, numpang beken dan populer di jalan dakwah atau numpang aman cari posisi di dalamnya?  “ Setiap pekerjaan-pekerjaan besar hanyalah layak dikerjakan oleh orang-orang yang besar pula.” Kata Ust. Anis Matta.
Tak ada cerita lagi bahwa hanya ingin dikader namun sudah saatnya sekarang mengkader. Tidak lagi melulu diberikan suapan ilmu namun sudah saatnya menebarkan ilmu. Tidak lagi menunggu kemenangan namun sudah saatnya mencetak kemenangan. Karena jangan jadi sebagai orang pengecut yang hanya terdiam membisu digerbang peradaban menunggu para pahlawan datang membawa secercah kemenangan. Sudah saatnya jiwa-jiwa ini memberontak dari zona kenyamanan (comfort zone), terlepas dari rutinitas yang itu-itu saja. Lakukanlah breakthrough (terobosan). Agenda-agenda dakwah akan berjalan dengan baik manakala setiap dari mereka para pengusungnya memiliki semangat, Tidak bisa berjalan jika di isi oleh kader-kader manja, slenge’an.
Jangan sampai kita hanya menjadi penghambat dakwah. Bahkan lebih kasar hanya menjadi sampah saja yang menyebarkan bau tidak sedap dalam dakwah. Sebaliknya harus menjadi para penggerak. yang menyalakan cahaya, menghilangkan kegelapan.

Linda Septiani
Bendahara Umum PK IMM FAI