Andai Aku
Saat itu aku mulai berfikir tidak memiliki cita – cita, saat itu pula aku mulai tidak memiliki masa depan yang indah, tapi tuhan berkata lain, hari hari kujalani dengan penuh kesuraman namun itu tidak membuatku gentar barang sedikit, orang orang disekitar ku terutama guru bahasa Indonesia ku yang bernama ipul. pak ipul begitulah murid murid memanggilnya, guru yang tak pernah mengenal kata lelah untuk mengejar anak anak beraneka ragam sifat dan kebiasaan.
Hari pertama setelah kejadian itu, rumahku ramai oleh pelayat yang tau ayah dan ibuku menjadi korban kejadian itu, teman teman orangtuaku banyak memberi dukungan kepadaku agar tetap tabah, terutama sanak saudara yang mau menampungku di rumahnya, namun aku tetap ingin dikota ku, kota dimana aku lahir dan besar, kota dimana banyak kenangan antara aku dan orangtuaku kala itu. Ayah ku sering bilang kepada ku “seperti apa kau saat ini kau akan menjadi orang besar suatu saat nanti, kau dan tubuhmu, kau dan dirimu” cukup kata kata itu yang membuat ku tetap ingin disini.
Hari rabu yang cerah tetangga yang juga teman sekelasku saat ini, danu orang yang tinggal tepat sebelah rumah ku menjemputku dengan sepedahnya yang ia dapatkan saat ulang tahunnya setahun lalu, orang yang selalu menungguku pulih tiga hari yang lalu, saat tau aku siap kembali ke sekolah alangkah gembiranya dia, dia menjemputku saat aku sudah siap dengan seragam, aku mengunci rumah dan menaiki sepedah yang sudah kusiapkan di depan rumah, kami pun berangkat beriringan di jalan.
Saat itu aku masih duduk bangku kelas enam dan sebentar lagi aku akan menghadapi ujian akhir sekolah, danu semakin bersemangat untuk belajar dan mengajak ku, dia selalu menghampiriku ketika aku sedang berleha leha dirumah.
Tepatnya dua minggu sebelum ujian itu tiba, setelah aku pulang dari sekolah bersama danu aku melihat ada seorang lelaki dan seorang perempuan, ku perhatikan lebih seksama, ternyata itu adalah jaka dan zahra sepupu ku yang tinggal tak jauh dari sini, “hai jalal !” suara zahra yang khas ketika berteriak membuat ku melambaikan tangan dan berlari kecil menghampirinya, danu pun mengikutiku dari belakang, saling bersalaman, aku pun menyuruh mereka untuk masuk, dan danu pamit pulang untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
Kedatangan mereka untuk menemani ku selama menjelang ujian akhir sekolah, malamnya setelah mereka datang kami bertiga sedang duduk santai di teras depan rumah, hening, sunyi, hanya ada suara dedaunan yang ditiup angin, jangkrik jangkrik, dan katak, ķetika aku keluar membawa teh hangat untuk dinikmati di malam itu, “jalal !” suara jaka memutus keheningan malam itu, aku yang merasa terpanggil menoleh.
Jaka adalah pemuda yang berhasil lulus dari salah satu universitas di mesir dengan jalur beasiswa, dan adiknya zahra yang sekarang sedang berkuliah di salah satu universitas islam di indonesia yang selalu mendapat nilai baik jarak umur mereka denganku terbilang jauh, sekarang saja aku baru duduk di kelas 6 SD, tetapi jaka selalu memberiku motivasi sejak aku duduk di kelas 3 SD sehingga aku terbilang anak yang terlalu cepat dewasa, bagaimana tidak?, ayahku sendiri sering memberi ku motivasi agar aku bisa kuat dan tegar menghadapi kehidupan yang akan datang.
Tiga hari berlalu setelah kedatangan mereka di rumah ku, pertanyaan itu akhirnya dapat kusimpulkan namun belum bisa kujawab, pertanyaan yang sama seperti pak ipul kala itu, ketika kejadian yang hampir semua orang di kota ini tau dan mengingatnya, tapi sekarang pertanyaan itu butuh jawaban dan kepastian, aku hanya bingung bagaimana aku nanti, masih ada sebelas hari lagi sebelum ujian akhir sekolah, dan 17 hari lagi menuju hari kelulusan ku.
Hari berikutnya ketika di sekolah berangkat pagi seperti biasa bersama danu, hari ini ada materi tambahan untuk persiapan ujian akhir sekolah, pelajaran matematika, karna di ujian akhir sekolah nanti pelajaran matematika akan berisi materi dari kami kelas 3 SD, “jalal !” aku mendengar pak ipul memanggilku, aku berlari kecil untuk menemuinya, “jalal, sebentar lagi kau akan lulus dari sekolah ini, bapak harap kau bisa terbiasa dengan sekolah mu yang baru nanti” aku merunduk mendengar perkataan pak ipul tadi, “aku belum bisa memilih dimana aku akan sekolah nanti pak”, “bukankah sepupumu datang untuk menjemputmu dan akan membawamu ke pesantren dimaana ia dulu belajar?” tanya pak ipul yang membuat hatiku tambah bergetar, pak ipul menyadari aku enggan untuk sekolah di pesantren.
Aku pulang dengan membawa sebuah keputusan yang akan ku sampaikan kepada jaka, keputusan yang ku yakini akan membawa ku menjadi lebih baik, keputusan yang akan menggapai yang ku inginkan, keputusan yang akan membantuku menggapai yang andai - andaikan.
Malamnya di temani danu aku beranikan membuka 7 dengan dua sepupuku yang datang beberapa hari lalu, “jaka” panggil ku, jaka menghampiri ku perlahan dan bertanya “ada apa jalal?” “Aku telah memtuskan, aku siap untuk masuk pesantren" wajah jalal tersenyum dengan gembira, zahra pun bersorak kegirangan, danu yang dari tadi memperhatikan tersenyum sambil melihatku.
Hari ujian pun tiba, setiap harinya hanya ada satu pelajaran, selama tiga hari, kekosongan setelah ujian kugunakan untuk persiapan masuk pesantren nanti, dengan belajar sedikit tentang pelajaran yang ada di pesantren dengan jalal.
Hari kelulusan tiba, jalal dan zahra datang untuk menemani ku di hari yang berbahagia itu, nama nama disebutkan, anak anak terlihat rapih dengan kemeja batik yang mereka gunakan, sambutan dari kepala sekolah, sambutan oleh pak ipul selaku wali kelas, dan guru guru lainnya, dan tiba akhirnya sambutan dari perwakilan alumni, aku maju sebagai orang yang ditunjuk saat itu,
aku berterimakasih dengan sangat kepada guru guruku, teman temanku, yang selalu mendukungku selama 6 tahun ini, banyak yang kita lalui pahit manis, getar getir hidup meski kita masih dalam masa pendewesaan tapi aku yakin kalian selalu bisa menjadi pribadi yang baik.
Pidato penutupku berakhir dengan tangis, dari kawan kawan dan guru guruku, kulihat jalal dan zahra yang menatapku sambil tersedu, penutupan acara tiba dengan perfotoan bersama.
Sepulang dari acara kelulusan aku, jalal dan zahra mengunjungi makam ibu dan ayah ku, kami berdo'a, dan aku mendekati batu lisan itu dan berbisik “ibu, ayah aku berhasil lulus dari ujian akhir sekolah, esok pagi hari aku akan berangkat ke pesantren, melanjutkan cita cita ayah, sebagai pendakwah yang baik” semua haru kala itu pecah dengan tangis .
Keesokan hari di pagi hari orang tua jalal dan zahra menjemputku, dan ternyata pak ipul juga datang untuk melepasku, semua barang sudag kusiapkan dari semalam, rumah yang kutinggali akan diurus oleh paman ku nanti setelah kepergianku, danu juga datang dengan membawa sebuah kotak yang kulihat ternyata itu sebuah al-qur'an, aku berterimakasih kepadanya atas segala kebaikannya selama ini, aku memeluknya.
Saatnya tiba aku berangkat dengan segala keputusan dan segala apa yang ingin ku gapai, dengan membawa segala kesedihan dan kegembiraan, aku merenung di dalam mobil akan seperti apa aku nanti di pesantren, tapi aku hanya memiliki satu tujuan saat ini, menjadi pribadi yang lebih baik.
_tamat_
Nama : Fauzan Azhiema
ID instagram : @azhiema
Email : Azhiemafauzan38@gmail.com
Alamat : jl.perdamaian rt003 rw 02, poris pelawad indah, cipondoh, kota tangerang, banten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar