Bismillahirrahmanirrahim
Sama-sama telah kita ketahui bahwa belakangan ini marak sekali terjadinya pelecehan seksual dimana-mana. Baik itu di sekolah, kampus, bahkan lingkungan sekitar rumah kita.
Tahukah kalian, jika pelecehan seksual tidak hanya terjadi pada perempuan saja?
Dan laki-laki tidak selalu berperan sebagai pelaku pelecehan, tapi juga bisa menjadi korban. Karena pelecehan seksual bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Namun, diantara kita masih banyak yang abai akan hal itu. Bahkan masih dianggap tabu jika menanggapi perihal laki-laki yang menjadi korban pelecehan seksual.
Dalam kajian yang diadakan oleh Bidang IMMawati, PK IMM FAI UMT yang berjudul “Isu-isu Perempuan” dan menyongsong tema “Laki-laki dan Perempuan Bisa Menjadi Korban Pelecehan Seksual”. Dengan pemateri yakni IMMawan Akrim Lahasbi (Sekretaris Umum PK IMM ITB-AD Karawaci). Akan penulis sampaikan sesuai dengan materi yang diberikan.
Definisi Pelecehan Seksual
Yang disebut dengan pelecehan seksual ialah perilaku pendekatan-pendekatan yang terkait dengan seks yang tidak diinginkan, termasuk permintaan untuk seks, baik secara verbal ataupun fisik yang merujuk pada konteks seks. (Wikipedia)
Bentuk-Bentuk Pelecehan Seksual
Bentuk-bentuk pelecehan seksual yang dilansir dari Komnas Perempuan sebagai berikut:
- Perilaku menggoda : Suatu tindakan seksual yang menyinggung suatu yang tidak pantas dan tidak diinginkan oleh korban.
- Pelanggaran seksual : Tindakan pelanggaran seksual dengan menyentuh, merasakan atau meraih secara paksa serta melakukan penyerangan yang tidak diinginkan oleh korban.
- Pelecehan gender : Pernyataan yang seksis atau menghina.
- Pemaksaan seksual : Tindakan seksual yang disertai dengan ancaman hukuman.
- Penyuapan seksual : Perilaku permintaan seksual dengan imbalan yang dilakukan secara terang-terangan atau secara tersembunyi.
Pelecehan (Laki-Laki dan Perempuan)?
Kekerasan dan pelecehan seksual sering terjadi kepada perempuan dikarenakan system tata nilai yang mendudukkan perempuan sebagai makhluk yang lemah dan rendah disbanding laki-laki.
Perempuan cenderung dimarjinalisasikan dan tersubordinasikan yang harus dikuasai oleh pelaku dalam konteks maskulinitas yang memandang perempuan sebagai second class citizens.
Pelecehan seksual karena beberapa faktor :
• Factor kejiwaan
• Lingkungan, dan
• Pendidikan (pend seks)
• Minimnya pengawasan
• Ekonomi
• Aspek Budaya yang semakin tergerus
Mengapa demikian perempuan?
Sesat pikir yang dibangun oleh pelaku pelecehan terhadap suatu penampilan, aktivitas dan diri seorang perempuan menjadi segala apa yang ada yang menjadi target pelecehan.
Tentu kita berpikir dan berbicara tentang pelecehan maka kita harus dialog tentang mental dan pikiran yang dikoreksi. Pelecehan seksual juga dapat menciderai mental batin dan fisik.
Sama seperti pada konteks relasi, hal ini yang sering terjadi oleh laki-laki yang menganggap ia berkuasa sehungga perempuan menjadi targetman dalam tindakan pelecehan seksual.
Mengapa demikian laki-laki? Dalam artikel kumparan oleh Yudi Sudiana ia menjelaskan bahwa pelecehan seksual yang dialami laki-laki karena stereotype masyarakat terhadap maskulitas.
Dari stereotype inilah yang pada gilirannya menciptakan hubungan yang bias antara laki-laki dan perempuan, dimana hegemoni laki-laki atas perempuan hanya dianggap kodrati.
Sempitnya pandangan tentang aspek pelecehan seksual terhadap laki-laki oleh masyarakat mengakibatkan korban enggan untuk Speak Up pelecehan yang dialami.
Aspek Hukum
Aspek hukum memandang pelecehan seksual ialah segala perbuatan apabila telah melanggar kesopanan/kesusilaan, dapat termasuk sebagai perbuatan cabul. (Ratna KUHP)
Aspek sosial
Pelecehan seksual dapat terjadi kepada siapa saja, selama ada kesempatan yang memungkinkan tindakan itu terjadi.
Dalam aspek atau wilayah sosial memandang pelecehan sosial merupakan suatu tindakan yang tidak bisa ditoleransi ketika terjadi dalam ruang lingkup sosial yang memicu pelecehan bisa memungkinkan korban menjadi traumatik.
Aspek Relasi Kuasa
Memandang laki-laki berkuasa atas perempuan karena sebuah ikatan sehingga sebebasnya melakukan tindakan seksual. Akan tetapi dikategorikan sebagai pelecehan seksual jika tindakan yang dilakukan diinginkan oleh korban.
Dampak Pelecehan Seksual
- Dampak psikis (Memicu bunuh diri, ketidakpercayaan terhadap diri sendiri, menurunnya tingkat semangat dan disorientasi seksual)
- Dampak sosial (Hilangnya kepercayaan sosial, menjadi hikikomori, menurunnya prestasi ataupun korban bisa menjadi pelaku kekerasan seksual)
- Dampak fisik (Gangguan pola tidur, pola makan, imunitas menurun, rusaknya fisik, dan lain sebagainya serta traumatik pergaulan)
D.A.RVO: Strategi Pelaku Seksual Menyangkal dan Menyalahkan Korban
Apa itu D.A.RVO?
D.A.RVO adalah kependekan dari Deny, Attack and Reverse Victim and Offender.
Mudahnya, ini adalah reaksi seorang ketika dimintai pertanggungjawaban atas kekerasan atau kejahatan yang dilakukannya.
Menyangkal perbuatannya, menyerang orang yang mengatakan kalau ia bersalah serta mengubah narasi dan dirinya sebagai pelaku menjadikan dirinya korban adalah strategi yang biasanya dipakai oleh pelaku kekerasan seksual untuk memutarbalikkan keadaan.
D.A.RVO Sebagai Strategi Menyangkal
Pelaku kekerassan seksual yang menggunakan D.A.RVO sebagai taktik komunikasi biasanya akan menyangkal kekerasan dan pelecehan yang dituduhkan kepadanya. Kemudian, ia akan mencoba mengeksternalisasikan kesalahan atau kejadian tersebut dengan cara menyalahkan korban, (kenapa mau?, kenapa pakai baju begitu?, kenapa tidak teriak?, kenapa tidak bilang “stop”?)
Tentu tidak cukup sampai disitu, pelaku biasanya cenderung menyalahkan subtansi yang ia konsumsi, seperti minuman beralkohol atau obatan tertentu. Tak jarang pernyataan boys will be boys, cowok nakal itu wajar.
Strategi D.A.RVO akan mendistorsi narasi korban dan membuatnya justru terlihat bersalah. Pelaku akan membuat dirinya seolah-olah menjadi korban pencemaran nama baik, fitnah, tuduhan palsu.
Mengapa D.A.RVO Sangat Berbahaya?
Bagi korban :
- Pengakuan korban tidak dipercaya, diserang secara pribadi, mengalami victim blaming atau disalahkan, dianggap bertanggungjawab atas kekerasan yang alami.
- Dianggap lebih abusive atau jahat dibandingkan pelaku karena dengan sengaja merusak nama baik, masa depan karier, dan menyabotase kontribusi pelaku untuk masyarakat.
- Menerima beban ganda pembuktian kasus, trauma, menyalahkan diri sendiri, sulit bercerita dan melapor pihak berwajib karena kredibilitasnya dihancurkan pelaku.
Bagi pelaku :
- Berhasil mengubah narasi, dianggap less responsible atau tidak perlu bertanggungjawab atas kekerasan atau pelecehan yang dilakukan, dipandang less abusive atau tidak bersalah.
- Terbebas dari hukuman sosial, dianggap sebagai korban atas pencemaran nama baik, tetap memegang posisinya sebagai pemimpin, pemilik perusahaan, politisi, tokoh agama atau figur terkenal di masyarakat.
Bagi masyarakat :
- Secara tidak langsung menjadi enabler atau pendukung kekerasan seksual di lingkungan kerja, tempat tinggal, lingkungan akademik dan film.
- Terbiasa langsung menyalahkan korban dibandingkan skeptic pada pernyataan pelaku, ikut menjauhkan korban dari bantuan (hukum dan psikologis) yang ia butuhkan.
- Memperkuat rape culture atau budaya pemerkosaan di masyarakat sekaligus secara kolektif membungkam korban untuk bersuara dan melaporkan kekerasan atau pelecehan.
Bagi usaha penghapusan kekerasan seksual :
- Semakin sulit untuk membuat masyarakat percaya kepada korban atau pendamping korban karena pelaku memiliki kekuatan dan massa yang mendukung kekerasan atau pelecehan seksual.
- Kekerasan atau pelecehan seksual terus diwajarkan, dianggap sepele padahal fenomena ini berakar kuat pada budaya patriarkis dan rape culture yang ada di masyarakat.
Dan itulah penjelasan seputar materi kekerasan seksual khusunya tentang pelecehan seksual. Semoga dapat memberi manfaat untuk menambah pengetahuan pembaca, dan menjadi lebih waspada lagi untuk dapat saling melindungi supaya terhindar dari terjadinya pelecehan seksual di lingkungan manapun kita berada.
Sumber :
Jurnal Kekerasan Seksual
@_perempuan
Journal of Aggression, Maltreatment & Trauma : Deny, Attack and Reverse Victim and Offender. What is the influence on perceived perperator and victim credibilty
MK Manoylov on redanblack : Understand the danger of DARVO in discourse surrounding sexual assault.
Out of The fog Forum (outoftheforum.net) : How do you deal with DARVO?
Penulis :
Qotri Isnatunida (Ketua Bidang IMMawati PK IMM FAI 2020-2021)
Pemateri :
Akrim Lahasbi (Sekretaris Umum PK IMM ITB-AD Karawaci)