Senin, 29 Juni 2020

Resume Kajian Keilmuan
Tanggal : Rabu, 24 Juni 2020
Tema :
إن واخواته

(Inna dan Saudara-saudaranya)

Fungsinya : Menasabkan isim inna merofa’kan khabar inna.

Penjelasan :

إِنَّ وَ أَخوَتُهاَ : إِنَّ, أَنَّ, كَأَنَّ, لَكِنَّ, لَيتَ, لَعَلّ

١.)     إنَّ
Inna artinya : Sesungguhnya
Fungsinya : Untuk penegasan huruf atau mengokohkan pembicaraan
Contoh :
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ
Artinya : Sesungguhnya Allah atas setiap sesuatu Maha Kuasa
Kata qodir marfu’ dengan dhommah, dan kata Allah mansub dengan fathah.

٢.)  أَنَّ
Anna artinya : bahwa
Fungsinya : Untuk penegasan huruf atau mengokohkan pembicaraan.
Contoh :
 أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله
Artinya: Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

٣.)  كَأَنَّ
Kaanna artinya : seakan-akan
Fungsinya : penyerumpamaan
Contoh :
كَأَنَّ وَجْهَكَ بَدرٌ
Artinya : seakan-akan wajahmu itu bulan purnama.
٤.)   لَكِنَّ
Lakinna artinya : akan tetapi
Fungsinya : menyangkal
Contoh :
هُوَ عَالِمٌ لَكِنَّهُ غَيرُعَامِلٍ
Artinya : dia pandai tetapi tidak mengamalkan ilmunya.
٥.) لَعَلَّ
Laalla artinya: semoga/agar
(Angan" yang tidak mustahil)
Fungsinya : pengharapan
Contoh :
لعل زيد قلدم

٦.) لَيْتَ
Laita artinya : seandainya
Fungsinya : berangan-angan
Contoh :
لَيْتَ الشَّباَّ يَعُودُ يَوماً
Artinya : seandainya masa muda itu bisa kembali.

Contoh inna wa akhwatuha dalam Al-Qur’an:

• Surat Al-‘Ashr ayat
 إنَّالإنسان لفي خسر
- inna al-insaana la fii khusrin

Inna = sesungguhnya
Al-insaana = manusia (insan)
La = sungguh
Fii = dalam
Khusrin = kerugian.


Bidang Keilmuan 2019-2020

Resume  Kajian Bidang IMMawati

 : Emansipasi Wanita Ditinjau dari Syariat Islam




Pemateri Ayunda Nelis Nazziatus Sadiah Qosyasih

Gambaran sekilas tentang emansipasi, pengertian dan sejarah timbulnya :
Emansipasi berasal dari bahasa inggris “Emansipation” atau bahasa belanda “Emansipatie” yag arti harfiahnya: kemerdekaan, kebebasan. Jadi bisa diartikan kemerdekaan atau kebebasan wanita.
Gerakan ini dipelopori oleh seorang wanita bernama george send yang dengan demonstratif menentang apapun yang dinamakan prinsip moral, terutama apa yang dikenal dengan pemeliharaan terhadap kaum wanita. Berkat keayuan dan keelokan wajah dan bentuk tubuhnya. George send dapat menawan beberapa orang pria. Dalam tulisannya tentang perkawinan mengatakan: “aku tidak mau merubah pendirianku, dan aku tidak mau berdamai dengan masyarakat, bahwa perkawinan itu menurut pendapatku adalah suatu sistem sosial yang menyediakan dan lebih banyak kebiadabannya.
Pikiran inilah yang didemonstrasikan oleh george sand diatas. Salah seorang pria yang pernah menjadi korban george sand ialah alfred musse yang wasiatnya mengatakan: “kuharap kiranya george sand jangan menghadiri jenazahku”.
Tetapi jauh sebelum proklamasi emansipasi wanita, sejarah mencatat Islam telah lebih dahulu mengangkat derajat wanita yang dipelopori oleh Rasulullah (Nabi Muhammad SAW) yang megangkat derajat wanita. Pada zaman sebelum Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT kedunia, tanah arab berkecambuk kedurjanaan dan kebiadaban. Disitu ada kebiasaan mengubur bayi perempuan hidup-hidup yang disebabkan faktor psikologi orang tuanya terganggu yang merasa hina apabila mempunyai anak perempuan dan posisinya pun menjadi kelompok kelas dua, perempuan tugasnya hanya melayani lelaki dan harus siap kapanpun saat diperlukan dan pada zaman itu juga perempuan boleh menikah dengan laki-laki lebih dri satu (poliandri). Seorang perempuan boleh digauli oleh banyak laki-laki dan apabila sang perempuan sudah hamil, maka perempuan boleh memilih laki-laki mana yang menjadi ayah dari anak yang dilahirkannya. Kedudukan wanita pada waktu itu sangat merosot sekali dikalangan bangsa arab. Mereka dapat diwarisi seperti benda atau binatang ternak. (Abu Hasan Ali Al-Hasany An-Nadwi, 1989).
Setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai rasul, hal –hal tersebut dirubah dan diperbaiki. Hal itu dapat diketahui dari banyaknya dalil yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis yang menyatakan tentang persamaan derajat perempuan dan laki-laki. Sebagai contoh Surah An- Nisa ayat 124 :
وَمَن يَعْمَلْ مِنَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُو۟لَٰٓئِكَ يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا

Artinya: “ Barang siapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun,” (QS. An –nisa [4]; 124).
Dari ayat diatas, dapat diketahui bahwa Islam sudan mengangkat derajat perempuan setingkat dengan derajat laki-laki. Yang membedakan bukan dari sisi jenis kelamin maupun perempuan melainkan tingkat ketaqwaan mereka kepada Allah SWT.

Bagaimana Emansipasi dalam Perspektif Islam
Emansipasi dalam pandangan Islam prospek pelepasan wanita dari kedudukan sosial  ekonomi yang rendah, serta pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan maju. Semua sama dihadapan Allah, yang membedakan mereka yang paling bertaqwa, taqwa dalam artian menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Mengenai hak bagi kaum wanita tersebut Al-Qur’an surat An –Nisa telah menggariskan lebih lanjut :
“Dan janganlah kamu berangan –angan (hendak mendapatkatkan karunia) yang telah Allah lebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain, laki-laki mendapatkan bagian dari apa yang mereka kerjakan, dan bagi perempuan –perempuan akan mendapatkan juga bagian dari apa yang mereka kerjakan, tetapi mintalah dar Allah anugerah-Nya, sesungguhnya Allah Maha mengetahui tiap-tiap sesuatu”. (an-Nisa:32)
Dalam ayat diatas jelas sekali :
Bahwa wanita sama dengan pria dalam hal mendapatkan hasil usahanya, baik pahala dari Allah maupun penghasilan dari dunia.
Kaum wanita sebagaimana halnya pria, diperintahkan untuk beramal dan bekerja guna mendapatkan anugerah Allah itu. Siapa giat dan aktif, dijaminnya oleh Allah untuk diberinya kehidupan yang baik.
Dan oleh karnanya peradaban fitrah, maka tidak mungkin apa yang dikerjakan itu harus sama, sebagaimana yang telah diterangkan diatas, dan mustahil akan terjadi harmonisasi dalam hidu ini kalau lapangan pekerjaan dan dunia usaha manusia itu sama seleruhnya. Perbedaan lapangan itu sudah menjadi ciri dalam kehidupan.

Bagaiman mengaplikasikan dalam kehidupan sekarang ini (ciri-ciri/Kepribadian) :
Beriman, memohon bantuan, dan tawakal kepada Allah
Nilai-nilai luhur
Cara pandang yang jelas
Kenyakinan dan proyeksi positif
Selalu mancari jalan keluar dari berbagai masalah
Belajar dari masalah dan kesulitan
Tidak membiarkan masalah dan kesulitasn memegaruhi kehidupannya
Percaya diri, menyukai perubahan dan berani menghadapi tantangan
Hidup dengan cita-cita, perjuangan dan kesabaran
Pandai bergaul dan suka membantu orang lain.


-Bidang IMMawati 2019-2020

Senin, 04 Mei 2020

RAIN-DU
Apa yang paling dirindu selama kita berdiam dirumah? Jawabannya pasti bermacam-macam, ada yang rindu ke kampus, ke sekolah, ke sekre, ke Mall TC. Ada juga yang kangen buka puasa bareng teman kelas, teman organisasi, ngabuburit bersama keluarga atau bahkan mudik ke kampong halaman. Rindu itu semua? Ya saya juga.
Sejak dahulu rindu telah banyak jadi inspirasi kisah. Dari mulai Romeo dan Juliet, Laila dan Qais sampai dilan dan Milea.
Sebetulnya enak mana sih merindukan atau dirindukan? Idealnya dia yang kita rindukan juga merindukan kita. Merindukan tanpa dirindukan rasanya kok ngenes sekali ya? Seperti bertepuk sebelah tangan hehehe
Tapi kalao boleh pilih, saya memilih dirindukan. Tentu saja senang rasanya jika tahu ada yang merindukan kita.
Sebetulnya ada sekali yang merindukan kita, terlebih dalam kondisi pandemic covid-19 seperti saat ini. Dia yang sering kita lupakan saat kita sibuk urusan duniawi yang tiada habisnya. Dia terlupakan ketika kita asyik membusungkan dada, menegakkan kepala tanpa menoleh kebelakang. Untuk tujuan apa seperti itu.
Allah rindu pada kita. Dalam sebuah hadits dikatakan “Pergilah pada hambaku lalu timpakanlah berbagai ujian padanya karena Aku (Allah) ingin mendengarkan rintihannya” Allah sedang rindu pada rintihan hambanya yang dulu sering, sekarang sudah jarang. Jarang sekali kita mengingat-Nya dalam kesibukan dunia, bahkan tidak sama sekali. Maka disaat itulah Allah menunjukkan kerinduan-Nya lewat cobaan dan ujian maka inilah saatnya keimanan kita diuji, bukan dalam kumpulan masa dan kedekatan dalam melawan wabah, tetapi dalam doa-doa sunyi dirumah atau dihati masing-masing.
Tapi pernahkan terpikir saat kita dilanda musibah dan permasalahan, bahwa disitulah allah sedang merindukan kita, merindukan rintihan dan segala keluh kesah kita. Merindukan lirihnya untaian doa yang dibumbui air mata. Merindukan sujud hambanya yang dibumi supaya terdengar kelangit. Merindukan saat kita bersimpuh atas ketidakberdayaan di hadapan-Nya.
Tapi bukankah Allah berjanji bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan? Karena itu, saat Allah rindu kepada kita janganlah mengangap Allah sedang memberi kita ujian, tetapi anggap Allah sedang memberi nikmat.
Rain-du pasti berlalu, Allah sedang merindu kita semua.

Basith M Yusuf (Ketua Umum PK IMM FAI 2019-2020)
05-05-2020
Andai Aku

DUM DAR ! ! !, suara itu terus menggelegar di kupingku dulu hingga sekarang, suara yang kian memekakan telinga disaat aku mulai mengira mengira akan menjadi apa suatu saat nanti, disaat guru kecilku menanyakan cita – cita saat aku masih kecil, saat guru bertanya kepada seluruh murid salah satu temanku menjawab dengan lantang “aku ingin jadi polisi,pak” disaat guru memanggil nama ku “jalal, apa cita citamu?” suara dentuman itu keras memakakan telinga, semua kalap semua berseru panik segera keluar dari ruangan kelas dipandu oleh guru bahasa Indonesia yang saat sedang mengajar di kelas kami, suara itu berasal dari gedung sebelah sekolah kami gedung dimana orang tuaku bekerja.
Saat itu aku mulai berfikir tidak memiliki cita – cita, saat itu pula aku mulai tidak memiliki masa depan yang indah, tapi tuhan berkata lain, hari hari kujalani dengan penuh kesuraman namun itu tidak membuatku gentar barang sedikit, orang orang disekitar ku terutama guru bahasa Indonesia ku yang bernama ipul. pak ipul begitulah murid murid memanggilnya, guru yang tak pernah mengenal kata lelah untuk mengejar anak anak beraneka ragam sifat dan kebiasaan.
Hari pertama setelah kejadian itu, rumahku ramai oleh pelayat yang tau ayah dan ibuku menjadi korban kejadian itu, teman teman orangtuaku banyak memberi dukungan kepadaku agar tetap tabah, terutama sanak saudara yang mau menampungku di rumahnya, namun aku tetap ingin dikota ku, kota dimana aku lahir dan besar, kota dimana banyak kenangan antara aku dan orangtuaku kala itu. Ayah ku sering bilang kepada ku “seperti apa kau saat ini kau akan menjadi orang besar suatu saat nanti, kau dan tubuhmu, kau dan dirimu” cukup kata kata itu yang membuat ku tetap ingin disini.
Hari rabu yang cerah tetangga yang juga teman sekelasku saat ini, danu orang yang tinggal tepat sebelah rumah ku menjemputku dengan sepedahnya yang ia dapatkan saat ulang tahunnya setahun lalu, orang yang selalu menungguku pulih tiga hari yang lalu, saat tau aku siap kembali ke sekolah alangkah gembiranya dia, dia menjemputku saat aku sudah siap dengan seragam, aku mengunci rumah dan menaiki sepedah yang sudah kusiapkan di depan rumah, kami pun berangkat beriringan di jalan.
Saat itu aku masih duduk bangku kelas enam dan sebentar lagi aku akan menghadapi ujian akhir sekolah, danu semakin bersemangat untuk belajar dan mengajak ku, dia selalu menghampiriku ketika aku sedang berleha leha dirumah.
Tepatnya dua minggu sebelum ujian itu tiba, setelah aku pulang dari sekolah bersama danu aku melihat ada seorang lelaki dan seorang perempuan, ku perhatikan lebih seksama, ternyata itu adalah jaka dan zahra sepupu ku yang tinggal tak jauh dari sini, “hai jalal !” suara zahra yang khas ketika berteriak membuat ku melambaikan tangan dan berlari kecil menghampirinya, danu pun mengikutiku dari belakang, saling bersalaman, aku pun menyuruh mereka untuk masuk, dan danu pamit pulang untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
Kedatangan mereka untuk menemani ku selama menjelang ujian akhir sekolah, malamnya setelah mereka datang kami bertiga sedang duduk santai di teras depan rumah, hening, sunyi, hanya ada suara dedaunan yang ditiup angin, jangkrik jangkrik, dan katak, ķetika aku keluar membawa teh hangat untuk dinikmati di malam itu, “jalal !” suara jaka memutus keheningan malam itu, aku yang merasa terpanggil menoleh.
Jaka adalah pemuda yang berhasil lulus dari salah satu universitas di mesir dengan jalur beasiswa, dan adiknya zahra yang sekarang sedang berkuliah di salah satu universitas islam di indonesia yang selalu mendapat nilai baik jarak umur mereka denganku terbilang jauh, sekarang saja aku baru duduk di kelas 6 SD, tetapi jaka selalu memberiku motivasi sejak aku duduk di kelas 3 SD sehingga aku terbilang anak yang terlalu cepat dewasa, bagaimana tidak?, ayahku sendiri sering memberi ku motivasi agar aku bisa kuat dan tegar menghadapi kehidupan yang akan datang.
Tiga hari berlalu setelah kedatangan mereka di rumah ku, pertanyaan itu akhirnya dapat kusimpulkan namun belum bisa kujawab, pertanyaan yang sama seperti pak ipul kala itu, ketika kejadian yang hampir semua orang di kota ini tau dan mengingatnya, tapi sekarang pertanyaan itu butuh jawaban dan kepastian, aku hanya bingung bagaimana aku nanti, masih ada sebelas hari lagi sebelum ujian akhir sekolah, dan 17 hari lagi menuju hari kelulusan ku.
Hari berikutnya ketika di sekolah berangkat pagi seperti biasa bersama danu, hari ini ada materi tambahan untuk persiapan ujian akhir sekolah, pelajaran matematika, karna di ujian akhir sekolah nanti pelajaran matematika akan berisi materi dari kami kelas 3 SD, “jalal !” aku mendengar pak ipul memanggilku, aku berlari kecil untuk menemuinya, “jalal, sebentar lagi kau akan lulus dari sekolah ini, bapak harap kau bisa terbiasa dengan sekolah mu yang baru nanti” aku merunduk mendengar perkataan pak ipul tadi, “aku belum bisa memilih dimana aku akan sekolah nanti pak”, “bukankah sepupumu datang untuk menjemputmu dan akan membawamu ke pesantren dimaana ia dulu belajar?” tanya pak ipul yang membuat hatiku tambah bergetar, pak ipul menyadari aku enggan untuk sekolah di pesantren.
Aku pulang dengan membawa sebuah keputusan yang akan ku sampaikan kepada jaka, keputusan yang ku yakini akan membawa ku menjadi lebih baik, keputusan yang akan menggapai yang ku inginkan, keputusan yang akan membantuku menggapai yang andai -  andaikan.
Malamnya di temani danu aku beranikan membuka 7 dengan dua sepupuku yang datang beberapa hari lalu, “jaka” panggil ku, jaka menghampiri ku perlahan dan bertanya “ada apa jalal?” “Aku telah memtuskan, aku siap untuk masuk pesantren" wajah jalal tersenyum dengan gembira, zahra pun bersorak kegirangan, danu yang dari tadi memperhatikan tersenyum sambil melihatku.
Hari ujian pun tiba, setiap harinya hanya ada satu pelajaran, selama tiga hari, kekosongan setelah ujian kugunakan untuk persiapan masuk pesantren nanti, dengan belajar sedikit tentang pelajaran yang ada di pesantren dengan jalal.
Hari kelulusan tiba, jalal dan zahra datang untuk menemani ku di hari yang berbahagia itu, nama nama disebutkan, anak anak terlihat rapih dengan kemeja batik yang mereka gunakan, sambutan dari kepala sekolah, sambutan oleh pak ipul selaku wali kelas, dan guru guru lainnya, dan tiba akhirnya sambutan dari perwakilan alumni, aku maju sebagai orang yang ditunjuk saat itu,

aku berterimakasih dengan sangat kepada guru guruku, teman temanku, yang selalu mendukungku selama 6 tahun ini, banyak yang kita lalui pahit manis, getar getir hidup meski kita masih dalam masa pendewesaan tapi aku yakin kalian selalu bisa menjadi pribadi yang baik.
Pidato penutupku berakhir dengan tangis, dari kawan kawan dan guru guruku, kulihat jalal dan zahra yang menatapku sambil tersedu, penutupan acara tiba dengan perfotoan bersama.
Sepulang dari acara kelulusan aku, jalal dan zahra mengunjungi makam ibu dan ayah ku, kami berdo'a, dan aku mendekati batu lisan itu dan berbisik “ibu, ayah aku berhasil lulus dari ujian akhir sekolah, esok pagi hari aku akan berangkat ke pesantren, melanjutkan cita cita ayah, sebagai pendakwah yang baik” semua haru kala itu pecah dengan tangis .
Keesokan hari di pagi hari orang tua jalal dan zahra menjemputku, dan ternyata pak ipul juga datang untuk melepasku, semua barang sudag kusiapkan dari semalam, rumah yang kutinggali akan diurus oleh paman ku nanti setelah kepergianku, danu juga datang dengan membawa sebuah kotak yang kulihat ternyata itu sebuah al-qur'an, aku berterimakasih kepadanya atas segala kebaikannya selama ini, aku memeluknya.
Saatnya tiba aku berangkat dengan segala keputusan dan segala apa yang ingin ku gapai, dengan membawa segala kesedihan dan kegembiraan, aku merenung di dalam mobil akan seperti apa aku nanti di pesantren, tapi aku hanya memiliki satu tujuan saat ini, menjadi pribadi yang lebih baik.


_tamat_
Nama : Fauzan Azhiema
ID instagram : @azhiema
Email : Azhiemafauzan38@gmail.com
Alamat : jl.perdamaian rt003 rw 02, poris pelawad indah, cipondoh, kota tangerang, banten

Kamis, 30 April 2020

[Aku adalah buruh itu]




Aku adalah buruh itu
Satu dari semua pekerja
Yang bekerja untuk menghidupi keluarga
Tanpa memikirkan malu dan pilu

Aku adalah buruh itu
Berdiri tegak meski terpincang-pincang
Bekerja malam sampai siang
Demi mencukupi keluarga agar tak kelaparan

Aku adalah buruh itu
Keringat yang menetes di dada
Totalitas dalam bekerja
Bagaimanapun aku hidup dari sisa tenaga

Aku adalah buruh itu
Menyerahkan diri pada pabrik
Berharap ada sedikit lebih imbal balik
Meski kadang upah membuat hati tercabik

Aku adalah buruh itu
Menjerit yang tak pernah terdengar
Upah yang hanya sekedar ala kadar
Keuangan harus cukup terputar

Aku adalah buruh itu
Bekerja dengan ikhlas
Meski keringat harus terperas
Demi membeli seliter beras

Aku adalah buruh itu
Yang mengharapkan kesejahteraan
Demi keberlangsungan
Hidup yang aku jalankan

Aku adalah buruh itu
Kamu adalah buruh itu
Kita adalah buruh itu
Panjang umur perjuangan
Panjang umur hal-hal baik
Yang semoga tak terabaikan!!



SELAMAT HARI BURUH
1 MEI 2020
MayDay


[Siti Nur Afiah;  Kabid Medkom periode 2019-2020]

Rabu, 29 April 2020

Kopi bukan racun

Sejarah bermula, ketika ketidaksengajaan pengembala bernama Khalid, seorang Abyssinia ketika mengamati kawanan kambing gembalaannya yang tetap terjaga bahkan setelah matahari terbenam, setelah memakan sejenis buah beri.

Ia pun mencoba memasak dan memakannya. Kebiasaan ini kemudian terus berkembang dan menyebar ke berbagai negara di Afrika, namun metode penyajiannya masih menggunakan metode konvensional.

Barulah beberapa ratus tahun kemudian, biji kopi ini dibawa melewati laut merah dan tiba di Arab dengan metode penyajian yang lebih maju.

Bangsa Arab yang memiliki peradaban yang lebig maju dari pada bangsa Afrika saat itu, tidak hanya memasak biji kopi, tetapi juga direbus untuk mengambil sarinya.

Pada abad ke13, umat muslim banyak mengkonsumsi kopi sebagai minuman penambah energi saat beribadah dimalam hari.

Kepopuleran kopi pun turut meningkat seiring dengan penyebaran agama Islam pada saat itu hingga mencapai daerah Afrika Utara, Mediterania dan India. Biji kopi dibawa masuk pertama kali le Eropa secara resmi pada tahun 1615 oleh saudagar Venesia.

Ia mendapat pasokan bini kopi dari orang Turki, namun jumlah ini tidaklah mencukupi kebutuhan pasar. Oleh karena itu, bangsa eropa mulai membudidayakannya.

Akhirnya tersebarlah ke Asia, sehingga kita dapat menikmatinya disela-sela pekerjaan, seraya bercengkrama, ataupun mengisi kesendirian.

Namun sebelum itu kopi sempat dilarang dibeberapa negara. Pada tahun 1511, kopi pertama kali dilarang di Makkah karena para ulama menganggap bahwa kopi dapat merangsang pikiran-pikiran radikal.

Warga di Italia dan Turki juga sempat percaya bahwa kopi merupakan minuman yang menyesatkan. Bahkan pada abad 17, raja Murad IV dari dimasti ottoman menetapkan hukuman keras bagi warganya yang mengkonsumsi kopi.

Padahal kopi tidak mengandung racun, hanya saja mengandung kafein dan saat melakukan aktivitas, otak akan menjadi aktif dan melepaskan neuron-neuron yang memproduksi adenosine. Secara otomatis, sistem saraf anda akan memonitori kadar adenosine dan kafein tersebut.


Referensi:
-The World Atlas of Coffee: from Beans to Brewing (James Hoffman)
-Uncommon Grounds (Mark Pendergres)
-https://id.m.wikipedia.org/wiki/sejarah_kopi



Alby Maulana
KABID ORGANISASI PERIODE 2019-2020

Jumat, 24 April 2020

*Suri Tauladan, Pribadi Luar Biasa : Buya Hamka Kecil*

Dalam usaha menjadikan diri menjadi pribadi yang luar biasa tentunya kita memiliki sosok seseorang atau tokoh yang kita jadikan sebagai suri tauladan kita sebagai cerminan dalam usaha mengubah diri menjadi pribadi yang baik.
Siapa yang tak kenal Buya Hamka? Sosok tokoh yang sangat menginsipirasi bagi kaum pemuda Indonesia, yang namanya selalu dikenang dari karya-karya dan kebaikan-kebaikannya.

*Kisah Buya HAMKA kecil*

Belajar dari sosok Buya Hamka, beliau adalah seorang muslim hebat yang luar biasa yang imannya dan taqwanya hanya untuk Allah semata, sosok seorang muslim yang murah hati dan mudah memaafkan.

Buya HAMKA yang nama aslinya adalah Abdul Malik. Beliau dilahirkan di Desa Kampung Molek Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 anak dari seorang tokoh dan pelopor dalam gerakan pembaharuan (tajdid) yaitu Dr. Abdul Karim Amrullah.

Masa kecil Buya Hamka banyak dihabiskan di Maninjau di bawah asuhan ayah dan ibunya serta mendapatkan pendidikan keagaaman dari surau di Maninjau. Surau menjadi saran yang efektif sebagai pembentuk akal budi Buya Hamka sebagai “buku terbuka”.

Di masa kecil ia juga belajar berpidato di surau. Buku pertamanya, Khatibul Ummah, ditulis dari materi-materi khotbah teman-temannya yang ia catat dan ia rapikan. Waktu itu usianya masih belasan. Terlihat potensi menulisnya di usia ini. Ketika dewasa hingga wafatnya pada 24 juli 1981 dalam usia 73 tahun, buku-bukunya tidak terlepas dari pengalaman pertamanya tersebut.

Pada usia Buya Hamka 4 tahun orangtuanya pindah ke padang sehingga Buya Hamka dan kedua adiknya tinggal bersama neneknya. Dari neneknya Buya Hamka sering mendengarkan pantun-pantun yang merekam keindahan alam minangkabau. Bersama teman-teman sebaya Buya Hamka menghabiskan waktu bermain di Danau Maninjau. Mengikuti tradisi anak laki-laki di Minangkabau, Buya Hamka belajar mengaji di surau yang berada di sekitar tempat ia tinggal.

Pada usia 7 tahun Buya Hamka mulai belajar di Sekolah Desa. Sekolah desa yang lokasinya bekas tangsi militer di Guguk Malintang. Lingkungan yang kurang baik di lokasi tersebut membuat Buya Hamka menjadi anak yang nakal karena sering terlibat dalam perkelahian antara murid kedua sekolah. Hingga akhirnya Buya Hamka pun dimasukan ke sekolah diniyah, yang di ikutinya setiap sore setelah belajar di sekolah desa. Setelah melewatkan tiga tahun belajar, pendidikannya terbengkalai saat ayahnya membawa Buya Hamka pulang ke Sungai Batang. Kemudian, tahun 1918 Buya Hamka dimasukkan ke Sumatera Thawalib oleh ayahnya sehingga ia tidak dapat lagi mengikuti pelajaran di Sekolah Desa, Buya Hamka pun belajar di Sekolah Diniyah setiap pagi dan setiap sore ia belajar di Thawalib.

Saat usia Buya Hamka 12 tahun, Orang tuanya bercerai dan Buya Hamka dibawa oleh ayahnya tinggal di Padang Panjang. Hari pertama setelah perceraian, Buya Hamka tak masuk sekolah dan menghabiskan waktu bepergian keliling kampung.

Sejak kecil Buya Hamka sudah memiliki jiwa yang besar. Ketika berjalan di pasar ia melihat orang buta yang sedang meminta sedekah. Buya Hamka merasa iba sehingga menuntun dan membimbing peminta itu berjalan ke tempat keramaian untuk mendapatkan sedekah sampai mengantarkannya pulang. Namun, ibu tirinya memarahinya saat bertemu Buya Hamka di pasar pada hari berikutnya, “Apa yang awak lakukan itu memalukan ayahmu”. Dimarahi adalah salah satu hal yang tentunya tidak enak bagi seorang anak kecil.

Untuk bertemu dengan ibunya Buya Hamka pun pernah berjalan kaki menuju Maninjau yang jauhnya 40 km dari Padang Panjang untuk memenuhi kerinduan terhadap ibunya. Sehingga Buya Hamka meninggalkan sekolah selama 15 hari. Gurunya mengira Buya Hamka sakit kemudian datang ke rumah Buya Hamka dan menyampaikan ketidakhadirannya. Setelah ayahnya mengetahui bahwa Buya Hamka bolos. Ayahnya marah dan menampar Buya Hamka, tetapi segera memeluk dan meminta maaf kepada Buya Hamka.

Sejak kecil Buya Hamka sangat suka membaca buku sebab rasa ingin tahunya yang begitu besar. Setiap hari Buya Hamka datang ke Bibliotek tempat penyewaan buku milik Zainudin Labay El Yunusy. Karena hobinya yang begitu menyenangkan sampai ia kehabisan uang untuk menyewa buku, kemudian Buya Hamka pun menawarkan diri pada percetakan milik Bagindo Sinaro, tempat koleksi buku untuk bekerja disana. Ia membantu memotong karton, membuat adonan lem, sampai membuatkan kopi, tetapi sebagai upahnya, ia meminta agar diperbolehkan membaca koleksi buku yang akan disewakan tersebut.

Permasalahan keluarga membuat Buya Hamka sering berpergian jauh seorang diri. Ia meninggalkan kelasnya di Diniyah dan Thawalib, dan menempuh perjalanan ke Maninjau mengujungi ibunya. Namun, ia merasa tidak mendapat perhatian sejak ibunya menikah lagi dengan seorang saudagar Aceh. Buya Hamka di landa kebingungan untuk memilih tinggal dengan ibunya atau ayahnya.

Untuk mengobati hatinya, Buya Hamka bergaul dengan anak muda Maninjau. Ia pun turut belajar silat dan randai, tetapi yang disenanginya adalah mendengar kaba, kisah-kisah yang dinyanyikan bersama alat-alat musik tradisional Minangkabau. Ia berjalan lebih jauh sampai ke Bukittinggi dan Payakumbuh, juga sempat bergaul dengan penyabung ayam dan joki pacuan kuda. Seorang pamannya, Engku Muora, risau melihat Buya Hamka dan membawanya pergi mengaji kepada ulama Syekh Ibrahim Musa di Parabek, saat usia Buya Hamka 14 tahun untuk pertama kalinya ia hidup mandiri di Parabek.

Buya Hamka senang sekali mendengar pidato-pidato dari setiap penghulu. Dan kemudian Buya Hamka mulai mencatat sambil menghafal petikan-petikan pantun dan diksi pidato adat. Demi mendalami minatnya. Ia mendatangi beberapa penghulu untuk berguru pidato adat. Kecendrungannya ini kelak membuat keluarga ibunya mewariskan gelar pusaka yang sudah lama tak dipakai, yaitu Datuk Indomo Kepada Buya Hamka.

Secara umum, masa kecil Buya Hamka banyak dihabiskan dengan pembelajaran informal dari ayahnya serta para ulama. Ia tidak menamatkan pendidikan formal, tetapi pengetahuannya terus berkembang berkat semangat belajar autodidak dari berbagai tokoh. Buya Hamka kemudian mempelajari agama dan mendalami bahasa arab. Pengalaman belajar dari tokoh-tokoh terkenal, seperti Syekh Ahmad Rasyid, AR. Sutan Mansur, R.M. Suryopratono, dan Ki Bagus Hadikusumo selanjutnya membentuk corak pemikirannya yang terbuka, tetapi tetap membawa pembaruan.

Dari kisah Buya Hamka di atas mengajarkan kita, bahwa diri kita harus terus belajar dan memperkaya diri dengan pengetahuan. Dan menjadikan diri kita seseorang yang terus haus akan ilmu dan tidak puas dengan satu ilmu sehingga diri terus mencari tahu apa yang belum diketahui. Semangatnya dalam belajar sangat mengispirasi kita kaum pemuda untuk terus berusaha menjadikan diri di penuhi pengetahuan, dan tak mudah putus asa meski banyak ujian yang menerpa dalam kehidupan. Dan mengajarkan kita bahwa belajar dapat dimanapun dan dengan siapapun. Sebab tidak ada yang dapat mengubah diri kita menjadi lebih baik lagi selain diri kita sendiri.

Semoga bermanfaat


Alya Regina
(Sekretaris Umum PK IMM FAI Kota Tangerang Periode 2019-2020)

Referensi :
Syukur, Yanuardi dan Arlen Ara Guci. 2017. BUYA HAMKA :Memoar Perjalanan Hidup Sang Ulama. Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Selasa, 21 April 2020

*Habis Gelap Protes PLN*
Kita setara.
Kita semua setara, apalagi andil kita dalam berbuat baik. Total bertindak tanpa peduli jumlah like.
Jangan hitung apakah itu hal besar atau hal kecil, libatkan hati dan perasaanmu. Penjahat saja pamer aksi, masa niat baikmu malu???
Misalnya ajakan "ayo kurangin sampah plastik" atau "ayo hemat listrik" biar bumi kita tetap cantik. Mungkin ini bukanlah seruan yg nyentrik. Tapi masalah ini abadi dan klasik.
Cabut charger bila sudah tak dipakai. Matikan lampu disiang hari, buka jendal biar angin sepoy" kaya dipantai.
Tak perlu terlalu lama mengutuk gelap. Tak guna juga menyalakan lilin. Emang mau ngepet? Awas nanti ketangkap!
Yg perlu kita ketahui...
Lawan gelap dalam hati...
Nyalakan api, satukan nyali...
Atas apa yg kita perbuat dibumi...
Kita mau jawab apa nanti???





[Kabid Organisasi periode 2019-2020]
-Alby Maulana
[Ibu]


Ibu bilang;
Harus tetap berdiri walau satu kaki

Ntah, dorongan mana yang selalu menguatkan;
Hatinya.
Dalam binaran airmata
Yang berkaca-kaca
Tanpa keluhan meski lelah
Yang tetap sabar tanpa sadar
Selalu menjadi alasan;
Tempat berpulang kerumah adalah kenyamanan

Jongkok menghadap hau
Rambutnya dipenuhi debu
Menunggu air panas yang mendidih
Katanya; untuk masak air kopi
Menyuguhkan ku setiap pagi

Aku mengikat rambutnya;
Karena keringat membasahi pipinya
Ternyata; itu air mata yang mengalir
Ibu melihatku dalam senyum getir
Sambil gemetar
Memegang tanganku sambil berkata beberapa gelintir
Katanya; kita tak punya lauk untuk makan hari ini;
Selain nasi

Aku menangis bukan karena tak ada lauk
Menangis rasanya ingin memeluk
Aku bisa saja menahan lapar
Rasanya kata-kata ibu begitu menampar
Menampar diriku sendiri
Sebagai anak tak bisa berbuat apa-apa
Selain menyusahkan ibu, lagi-lagi

Ibu tak pernah menjadikan ku pecundang
Meski kadang aku lancang
Kata-katanya tak pernah menyakiti
Selalu hangat dan lembut
Untuk menasihati
Selalu hati-hati



[Kabid Medkom periode 2019-2020]
-Siti Nur Afiah