Pertanyaan itulah yang memenuhi benak saya ketika mulai
diperkenalkan dengan suatu “makhluk” yang disebut DAKWAH. Maklumlah
karena tujuan utama saya jauh-jauh dari kabupaten ke Kota tangerang ini
adalah kuliah untuk bekal mendapatkan pekerjaan mapan dan menjadi
seseorang yang karirnya melejit sukses. Tak ada hal lain yang
menghampiri pikiran saya selain bagaimana saya dapat mencapai tujuan
saya tersebut. Tapi kemudian pikiran saya berpikir keras ketika suatu
“makhluk” yang dipekenalkan oleh “si” Tarbiyah dengan nama Dakwah itu
mulai menghampiri, mendekati bahkan merayu saya.
Dakwah???
Apa pentingnya?
Apa istimewanya?
Saya mulai berpikir…
Apakah iya dakwah merupakan suatu keharusan bagi setiap orang Islam?
Haruskah sebagai seseorang yang mengaku beragama Islam (Muslim/Muslimah)
bergabung dalam barisan dakwah? Jika dengan saya shalat, mengaji dan
puasa ramadhan saja sudah cukup untuk saya menyandang gelar sebagai
Muslim yang baik serta taat. Buktinya? Tak sedikit orang-orang di
sekeliling saya yang mengatakan dan memuji bahwa saya anak yang
shalih/shalihah.
Beragam pemikiran yang terlintas dalam otak saya
itu pun mulai membuat saya tak tenang dan tak nyaman serta mendesak
untuk mendapatkan jawaban. Ternyata pendekatan “makhluk” itu tak
main-main.
Dakwah mulai merayu!
“Makhluk” itu tetap
berdiam dalam pikiran saya. Sekarang tak hanya mendekat melainkan “dia”
mulai merayu saya untuk ikut bersamanya, menjadi followernya. Dalam hati
saya bertanya: kenapa “makhluk” ini tetap berputar di kepala saya serta
membuat hati ini tak tenang? Mengganggu setiap gerak saya? Sehingga
saya coba untuk bernegosiasi dengannya.
Percakapan dalam diri itu pun dimulai!
Oke, pertama, kenapa saya harus ikut dalam barisan dakwah? Saya berpikir sejenak…
satu menit,…
dua menit,….
tiga menit,…..
kosong!
Kembali saya mamacu kerja otak. Ayolah berpikir ayo temukan jawabannya.
Kenapa setiap muslim harus ikut dalam dakwah agama ini? Saya ulang
kata-kata ini terus dan terus tanpa berhenti sebelum melintas jawabannya
dalam pikiran saya.
Dan…..
Di menit kelima terlintas sebuah hadits Nabi SAW yang sudah sangat popular saya rasa, yakni:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Hadits ini menegaskan bahwa wajib hukumnya bagi seorang pengikut agama
Muhammad SAW untuk menyampaikan apa yang dibawa oleh beliau SAW walaupun
hanya satu ayat, walaupun Ilmu yang dimiliki masih sangat terbatas. Ini
pemikiran pertama yang terlintas dalam benak saya tentang mengapa
seorang muslim harus berdakwah.
Oke, Sebagian kecil hati saya
mulai tertarik dengan “si” Dakwah, baru SEBAGIAN KECIL. Saya mulai
berpikir lagi. Kali ini alasan lain langsung menyerbu otak saya tanpa
menunggu dipersilahkan hingga terjadilah dialog ini.
Hei, bukankah dengan dakwah ilmu kita menjadi lebih bermanfaat?
Inget ga Perkataan Rasulullah SAW? Pertanyaan itu terngiang dalam diri saya.
Iya, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Apabila seseorang itu meninggal
dunia maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, sedekah jariah,
ilmu yang dimanfaatkan dan anak yang shalih mendoakan untuknya.” (Abu
Hurairah)
Ooohh Jadi kalau ilmu saya mau lebih dimanfaatkan maka
saya harus mengajarkannya pada orang lain. Dakwah-lah salah satu
sarananya.
Belum sempat otak saya beristirahat barang sejenak, perkataan Baginda Rasulullah SAW yang lain segera menyambut.
“Barangsiapa yang berdakwah kepada petunjuk (kebaikan) maka dia
mendapatkan pahala seperti pahala yang mengikutinya, tanpa mengurangi
pahala mereka sedikit pun.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Subhanallah saya bisa mendapatkan bagian pahala dari orang yang saya
dakwahi bila orang tersebut melakukannya. Jika saya melakukan ibadah itu
sendiri maka saya dapat satu pahala, tetapi bila saya menyeru orang
lain untuk melakukan ibadah itu juga maka saya mendapat pahala darinya.
Jika ia satu orang maka saya mendapat 2 pahala, (dari sendiri dan dari
satu orang yang saya seru) lantas jika ada 100 orang? Saya akan mendapat
100 kali lipat pahala suatu ibadah tersebut. Subhanallah pahala yang
diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang mau berjuang di jalan
Dakwah-Nya. Betapa Pemurahnya Dia.
Tertampar Hati ini dan Mengalir air mata ini…
Oh Allah kemana saja hati dan pikiran hamba selama ini? Hingga tak
terpikirkan betapa pentingnya berjuang di jalan dakwah-Mu. Hamba selalu
merasa cukup hanya dengan shalat, cukup hanya dengan mengaji dan cukup
hanya dengan puasa ramadhan, padahal hamba juga tak yakin apakah
amal-amal yang telah hamba lakukan engkau terima dan beri pahala atasnya
atau bahkan tak berarti apa-apa bagi-Mu. Begitu sombongnya hamba selama
ini sehingga tak menyadari betapa banyaknya amal-amal lain yang belum
hamba tunaikan di Dunia yang hanya menjadi tempat bersinggah sebentar
ini. Terlalu bangganya hamba selama ini terhadap diri, sehingga mata
hamba seakan tertutup dan tak melihat betapa banyaknya orang lain di
luar sana yang beramal dan berjuang jauh sangat jauh dari apa yang hamba
lakukan. Mengapa baru sekarang hamba sadar begitu sedikitnya bekal yang
hamba telah siapkan. begitu sedikitnya sehingga hamba pikir tak akan
sampai perjalanan hamba ke surga-Mu yang abadi.
Dakwah! “Kau” berhasil meluluhkanku!
Dimulai dengan bergabung dalam organisasi LDK (Lembaga Dakwah Kampus)
hari-hari telah saya lalui dengan aktivitas-aktivitas dakwah. Aktivitas
yang belum pernah saya lakukan sebelumnya, bahkan ketika saya ikut rohis
SMA dulu. Ruhiyah saya semakin terisi oleh cahaya-Nya. Berbagai
kepanitiaan acara telah saya jalani dengan antusias dan penuh keikhlasan
Insya Allah. Tak henti saya mengucap syukur pada-Mu ya Allah yang telah
membuka jendela hidayah di kamar hati hamba. Begitu banyak hal yang
hamba dapatkan dalam barisan dakwah ini.
Hamba rasakan manisnya ukhuwah di antara kami sesama pejuang agama-Mu,
Hamba rasakan kehadiran dan sentuhan Cinta-Mu,
Hamba rasakan kasih sayang kekasih-Mu. Utusan-Mu Rasulullah Muhammad
SAW yang karena perjuangannya, kesabarannya, luka-lukanya,
keikhlasannya, ketabahannya, kekuatannya, cintanya serta cucuran air
mata rindunya pada kami umatnya yang hidup jauh setelah beliau pergi,
dan wahai Allah Engkau tau kami-pun merindukan beliau SAW yang senatiasa
kami berharap dapat melihat wajah teduhnya dan bersamanya di Jannah-Mu
kelak.
Seperti yang digambarkan dalam firman Allah “Sungguh,
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan
dan keselamatan) bagimu, penyantun, dan penyayang terhadap orang-orang
yang beriman.” (QS. At-Taubah; 9:128)
Tak ingin rasanya saya
meninggalkan barisan ini karena sudah terlanjur cinta. Meneruskan
perjuangan dakwah Rasulullah. Begitu banyak karunia-Nya yang saya
dapatkan melalui dakwah ini. Dan saya selalu berdoa:
“Ya Rabb
kami, janganlah Engkau jadikan kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat
dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia).”
(QS.Ali ‘Imran: 8)
Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.
“Dakwah bukan suatu hal yang Penting apalagi Istimewa! Karena Dakwah
adalah lebih dr sekadar penting dan istimewa. Dakwah adalah nadi agama
Islam, yang harus senantiasa kita denyutkan. Dakwah adalah nafas bagi
kita yang meyakini Islam sebagai agama, ridha Allah sebagai Tuhan Yang
Esa, Muhammad nabi dan utusan-Nya. Dakwah adalah makanan pokok bagi hati
dan keimanan kita.”
Tanpa dakwah akan terasa hampa hidup kita,
Tanpa dakwah tak akan pernah kita rasakan ukhuwah yang begitu mesra dan indah,
Tanpa dakwah takkan kita rasakan perjuangan Nabi dan sahabat dulu dalam
memperjuangkan agama ini, memperjuangkan tegaknya kalimat Allah di bumi
ini,
Tanpa dakwah takkan kita sadari kehadiran dan cinta-Nya kepada hamba-hamba yang menolong agama-Nya,
Tanpa dakwah kita bukanlah apa-apa dan bukan siapa-siapa.
Tanpa dakwah kita tak tahu artinya Cinta.
Karena Sejatinya Dakwah adalah Cinta (Seperti ungkapan seorang Murobbi).
Sekian semoga bermanfaat..
Wassalamu’alaikum
Oleh : Rd Maftuh
Ketua PK IMM BIDANG KEILMUAN
#PKIMMFAI
#SALAMFASKHO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar